Senin, 26 Oktober 2015

part 7



pagi ini mungkin jadi hari jumat biasa bagi orang lain. tapi buat gua, jumat pagi ini akan menjadi hari yang spesial, hari yang akan menjadi sebuah tikungan di garis takdir hidup gua. masih sama seperti hari-hari yang pernah gua lalui sebelum-sebelumnya. gua terbangun dari tidur gua yang tidak nyenyak saat jam wekernya belum berdering. seperti biasa, gua selalu patuh, patuh terhadap semua tauran yang gua buat sendiri, boleh di bilang hdup gua udah seperti tentara yang tinggal di barak pelatihan, dan gua suka itu. gua bangun jam 5 pagi, setelah merapikan tempat tidur, menunaikan sholat subuh kemundian mandi tidak lupa sikat gigi dong.

hari ini, gua memiliki janji dengan dengan seorang gadis rekan kerja gua yng belum lama gua kenal. seorang gadis yang 'apes' karena nggak berhasil mendapatkan impresi yang menjanjikan saat pertama bertemu gua, gadis yang seharusnya gua jauhi. gua terbiasa menjadi seorang cowo yang selalu terpenuhi keinginannya, gua nggak pernah bersusah payah buat mendapatkan apa yang gua mau, bahkan untuk urusan yang namanya pacar. jika gua menginginkan jam tangan mahal seharga jutaan rupiah, maka dengan mudah gua dapat membelinya. jika gua menginginkan sebuah mobil maka si bapak yang keturunan ningrat akan menyediakanya, jika gua menginginkan seorang gadis untuk jadi pacar, dalam waktu tiga hari, atau maksimal seminggu gadis itu bakal jadi pacar gua. wajah tampan dan keturunan orang kaya, menjadi bonus yang melekat sejak lahir. bonus itulah yang menjadi senjata utama gua untuk mendapatkan apa yang gua mau.

ada yang bilang gua orangnya sombong, gua sama sekali nggak membantahnya, gua sombong karena berbagai alasan, dan alasan tersebut membuat gua pantas untuk sombong. tapi, kali ini berbeda, sangat berbeda.  gua yang egonya sebesar gunung, perfeksionis dan arogan, terseok- seok hatinya menghadapi seorang gadis rekan kerja yang baru gua kenal. sebuah pergolakan batin terjadi; gadis yang dari sikapnya perlu di jauhi malah membuat gua jatuh hati. akal gua menolak, hati meronta-ronta. dan ini adalah kali pertama  gua merasakan hal itu. malu mengakui kalau gua jatuh hati.

hari ini gua menggunakan setelan kemeja tarbaik, menggunakan sepatu pantofel hitam yang udah di semir klimis, menggunakan jel rambut lebih banyak dari biasanya, menyemprotkan parfum lebih banyak dari biasanya, dan berkumur lebih lama dari biasanya. pagi ini, tanpa sadar gua telah dari pola dan aturan yang sudah gua buat.

di hampir di semua kisah percintaan gua, gua nggak pernah melakukan hal yang berlebihan untuk mencari impresi dari gadis yang gua incar. dari semua gadis yang pernah gua pacari nggak ada yang mampu menolak pesona gua dan gua sangat percaya nggak ada gadis yang menolak untuk jadi pacar gua. gua adalah jelmaan 'Don juan' medern, seorang 'casanova' sejati.

'' afi, kok tumben udah siap jam segini..?" ibu bertanya sambil meletakan telur dadar di atas piring.
"hooh, mau bawa mobil.."
"tumben?"
"iya mau ke kantor BPOM.."
gua menjawab sambil mengambil sepotong roti kemudian mengecup  pipi ibu dan bergegs berangkat
"fi..afi.. gua nebeng..."
dari lantai atas terdengar suara tiara.
"nggak... gua buru-buru...''
gua menjawab sambil bergegas masuk kedalam mobil.
----------------------------
~ at office~

gua duduk di meja kerja sambil memainkan pulpen, menunggu nagita yang belum juga datang. gua berfikir keras, agar mampu tampil senatural mungkin dan nggak terlihat grogi. jujur, kali ini gua begitu grogi dan gua nggak tau kenapa. gua jatuh hati terhadap gadis yang sempet gua 'benci'. Dan jatuh hati ini tersa berbeda dari yang pernah gua rasakan sebelumnya, kali ini lebih hangat, lebih terasa manis dan lebih menyengat. sambil menggoyang-goyangkan kaki, tipikel gua saat gua gugup. beberapa saat kemudian muncul sesosok bayangan di belakang gua yang terpantul dari layar monitor komputer yang sengaja nggak gua hidupkan. sosok itu menepuk pundak gua;
"woy....bengong aja..." terdengar suara merdu nagita dari belakang.

gua masih memainkan pulpen, mencoba untuk tetap terlihat cool sambil tetap berusaha memandang sosok bayangan yang ter pantul di layar monitor yang gelap. gua menoleh, dan....

berdiri di hadapan gua, seorang gadis manis, mengenakan kemeja putih dibalut blazer hitam dan rok sepan dengan warna senada. sambil memeluk tumpukan dokumen yang sejak kemarin di siapkannya. gua berdiri menyambut aroma tubuh yang sama, aroma tubuh yang membuat gua kehilangan kesadaran, membuat gua meninggalkan semua 'ke-don juan-nan' gua. dan usaha gua untuk  terlihat cool pun sepertinya gagal, gua (mungkin) malah terlihat seperti orang tolol yang baru saja bertemu dengan artis idolanya.
"lama banget lu.."
gua berkata sambil menggaruk-garuk kepala yang nggak gatal. mencoba menutupi kegugupan gua dan tetap berusaha terlihat cool. gua sama sekali nggak mau kalau dia sampai tahu kalo gua jatuh hati kepadanya, kalo dia sampai tahu, apa kata dia, apa kata dunia?

"lama? masih jam delapan kali...!"
nagita kemudian duduk di kursinya dan meletakan tumpukan dokumen ke atas meja.
"terus, ngapain malah duduk..ayo berangkat"
"yah...gua sarapan dulu ya? laper banget nih, dar sd belum makan"
nagita mengeluarkan kotak makan berwarna kuning dari dalam tasnya.
"udah entar aja di jalan sarapannya..."
gua mengambil kotak makan berwarna kuning dan memasukan kedalam tasnya. kemudian mengambil tumpukan dokumen yang tergeletak di atas meja dan bergegas turun ke bawah. terdengar nagita sedikit mengerutu, sambil menenteng tas dia berjalan cepat menyusul gua.

"eh, raf...lo bawa helm dua kan?"
" buat apa?"
"ya buat gua lah...tar kalo gua gak pake helem di tangkep polisi..."
"yaudah minjem aja dulu sana sama dede''
"dede yang OB itu?"
"iya..nah tu orangnya...''

beberapa saat kemudian kami berdua sudah berada di lobi lift yang terletak di lantai basment. saat keluar dari lift, nagita mulai mengenakan jaket dan helmyang baru saja di pinjem dari dede si OB kantor. sementara gua menyulut sebatang rokok dan berdiri bersandar di tembok.

"lah kok lo malah ngerokok.. udah sana ambil motornya"
"bawel lu"

gua ngerokok, hisapan demi hisapan sambil sesekali terkekeh melihat pemandangan di hadapan gua. sosok gadis manis, mengenakan jaket warna coklat dan sebuah helm yang kebesaran, mirip semut rangrang, dan satu hal lagi yang membuat gua tak henti-hentinya senyum-senyum sendiri, nagita nggak tau kalo kita bakal naik mobil.

gua mematikan rokok di asbak yg ada di depan gua,. kemudian bergegas keluar dari lobi lift yang terletak di basment, menuju dimana mobil gua terparkir.  semantara nagita berjalan lambat di belakang gua, sesekali gua menoleh dan tersenyum melihat dia berkali-kali membetulkan posisi helmnya yang kebesaran. dia terlihat bodoh dengan tampilan seperti itu, tapi ironisnya, gadis yang terlihat bodoh itu telah membuat gua jatuh hati.

''tiit..tit.."
gua membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya, sementara nagita masih berdiri mematung di depan mobil sambil menyilangkan tangan di depan dada dan memasang wajah kesal, masih belum melepas helem dan jaketnya. gua menyalakan mesin mobil dan menurun kaca mobil . gua mengeluarkan kepala gua lalu ngomong sama nagita;
"lu mau naik, apa mau berdiri di situ terus?"

nagita hanya menghela nafas, kemudiam membuka pintu penumpang lalu masuk ke dalam mobil, wajahnya masih terlihat kesal, sambil sedikit kesulitan melepas helm dia terus mengerutu.

"ngomong kek, kalo bawa mobil..."
nagita ngomong sambil melempar helm ke kursi belakang kemudian membuka jaketnya.
"hahahahaha..."
"lo pikir lucu? bisa nggak sih lo? nggak bikin gua kesel sehari aja ..."
"ya elah, gitu aja marah..."
"gua nggak marah, gua cuman kesel..!!"
"kesel sama siapa? sama gua, kenapa?"
" ya sama lo lah... bisa kan lo ngomong dari tadi kalo lo bawa mobil, jadi gua nggak keliatan tolol pake helm ini"
"bisa aja, tapi kan gua punya hak buat nggak ngomong ke elu, lagian lu juga nggak nanya..."
gua menghindar sambil melajukan kendaraan. dalam hitungan menit, kami sudah berada di luar gedung dan satu jam kemudian mobil gua sudah (baru) berjarak sekitar 5 km  dari kantor.
"kenapa nggak naik motor aja sih...?"
nagita membuka suarannya, sejak meninggalkan kantor tadi kita hanya saling diam, dan gua nggak berani sekalipun menatap kearahnya. gua sempet bingung kemana hilangnya keberanian gua. keberanian menghadapi cewe manapun, yang nggak pernah luntur dari gua, keberanian yang mampu membuat cewek manapun luluh, tapi sekarang, saat ini gua seperti anak katro dan culun yang sedang menghadapi seorang gadis primadona sekolah.
"panas" gua menjawab singkat
"tapi kan enak bisa nyalip-nyalip!!!, eh gua nyalain radio ya?"
'oh ya, nyalain aja.."
gua mengangguk sambil memandang tangan putih nagita menekan tombol power pada tapdeck di dashbord mobil gua. beberapa saat kemudian, gua membelokan mobil kedalam setasun pengsian bahan bakar, berniat mengisi bensin yang sudah sekarat.

"gua kadang suka bingung deh sama kelakuan orang-orang yang katanya tajir tapi pikiranya nggak ada.."
nagita tiba-tiba bicara, sambil memandang keluar .
"hah, maksudnya?" gua bertanya agar nagita mengulangi kata-katanya.
"coba deh tuh liat...!"
nagita menunjuk seorang pria berpenampilan 'perlente' , sedang menggoyang-goyangkan pajero sportnya yang tengah di isi bensin. gua mencoba mencari-cari letak keanehanya, kemudian mengangkat bahu.
"kalo mereka pinter, mereka harusnya tau kalo bensin itu adalah benda cair, dan prinsip benda cair itu adalah mengalir ke tempat yang lebih rendah dan selalu mengisi ruang kosong mengikuti wadahnya!! gua rasa itu teori fisika  yang kelas novice.."
"terus, hubungannya sama gua apa?"
"nggak ada hubungannya sama elo, tapi sama orang perlente itu..."
nagita kembali menunjuk pria perlente yang masih menggoyang-goyangkan mobilnya, kemudian dia menambahkan;
"kalo dia paham tentang prinsip  benda cair, harusnya dia nggak perlu goyang-goyangin mobilnya, kecuali kalo dia berfikir kalo bensin bukan benda cair atau  yang dia isi mungkin pasir.."
gua tercengang mendengar penjelasan singkat dari nagita, ternyata dia cukup memperhatikan detail dan beberapa hal kecil yang mungkin di anggap lumrah oleh orang lain. dan gua kagum dengan cara dia menjelaskan teorinya. ( oke you have my atention now )

'kok diem aja" nagita bertanya  ke gua
"nggak papa"
''atau, jangan-janganlo salah satu dari orang model begitu, yang suka goyang-goyangin mobil saat isi bensin?"
"hahaha...nggak lah, gua cukup pandai untuk mengetahui hal ecek-ecek macam begitu, gua bahkan nggak pernah turun dari mobil saat isi bensin"
nagita cuma mengangguk sambil membulatkan bibirnya membentuk huruf 'o'

setelah selesai mengisi bensin, kamipun melanjutkan perjalanan. gua menirunkan volume radio di mobil, dan berusaha mengeluarkan keberanian untuk memulai obrolan dengan nagita. seperti biasaa, saat baru  mulai PDKT ke semua gadis yang ingin gua dekati, pertama-tama biasanya nanya masalah pekerjaan, tapi berhubung nagita satu kantor sama gua, maka akhirnya gua putuskan membuka obrolan tentang seputar pendidikan

"gi, lu lulusan apa sih?"
"Eh gua? gua ipa"
"MIPA?dimana? kok dari MIPA bisa lari ke legal, itu kan administratif banget.."
"apanya yang di mana?"
''kuliahnya?"
"oooh, gua nggak kuliah....!!!"
"what? masih kuliah maksud lu?"
"nggak, bukan..bukan gua tuh cuman lulusan SMA..."
"lulusan SMA? serius?"
gua sedikit terkejut mendengar jawaban nagita, terkejut karena dia bisa masuk ke perusahaan tempat gua kerja sebagai staf legal hanya dengan berbekal ijazah SMA. what the hell..

"ah bercanda kali lu?"
''serius!! kenapa emang? ada masalah kalo gua cuma lulusan SMA..?''
''mmm... nggak sih..cuma...."
"cuma apa?"
gua nggak menjawab, gua hanya memandang lurus ke depan.

"cuma apa?"
nagita bertanya lagi, kali ini dia menghadapkan tubuhnya ke arah gua.

"ga papa, udah jangan bawel..."
"idih..."

nagita terlihat nggak puas dengan jawaban ( yang bukan jawaban) dari gua, kemudian dia mengeluarkan kotak bekel, membuka dan memulai memakan isinya. gua melirik, penasaran denganapa yg ada di dalamnya.

"apaan tuh?" gua ahirnya bertanya dari pada mati penasaran
"nasi goreng..."
"kok nggak nawarin gua?"
"nawarin lo? hampir sebulan gua bawa bekel dan hampir sebulan juga waktu gua habis  buat nawarin  lo, dan apa lo pernah nyolek sedikitpun makanan yang gua tawarin??"

gua nggak menjawab, hanya menggeleng dan sesekali melihat ke dalam kotak makanannya nagita. mungkin nagita menangkap gelagat gua;

" mau ngga nih tinggal separo"
" enak nggak?"
" alah.. males deh gua, kalo mau nih gua kasih, kalo lo nggak mau dan ribet pake nanya enak apa enggak, gua makan sendiri aja deh..."
"yaudah deh, mau.."
nagita menyodorkan kotak bekelnya...!
"et dah gimana cara gua makannya? suapin kali!!"
" manja banget sih lo raf..."
nagita ngomong dengan nada jutek, namun kemudian menyendok nasi gorengnya lalu menyuapi  gua.

akhirnya di sisa perjalanan kami, nagita menyuapi gua. terkadang gua sesekali curi-curi kesempatan untuk menatapnya dan saat itu gua benar-benar sadar kalo akhirnya akal, jiwa dan tubuh gua setuju dengan perasaan; pada gua jatuh hati dengan orang ini. tapi, harga diri gua tettap ingin berada di tempatnya.. dan dengan mengakui ke nagita kalau gua jatuh hati padanya, maka gua kalah, dan gua nggak suka kalah............

 

Jumat, 23 Oktober 2015

part 6



gua berpaling kemudian menghampiri seorang pria yg tengah menyiapkan air minum untuk para karyawan dan mencoba bertanya kepadanya, dimana ruangan bu tia. pria yg gua tanya mengantarkan gua ke ruangan bu tia, dan ternyata yg bersangkutan belum hadir. pria tadi mengantar dan mempersilahkan gua menunggu di sebuah ruangan kecil dekorasi ruang tamu yg terlihat nyaman dan bersih, gua duduk di sebuah sofa kulit berwarna hitam, sambil mengagumi kenyamanan sofa yg gua duduki sekarang, gua nggak henti-henti mekutuki cowo tengil tadi.

seorang cowo dengan tipikal sombong dan arogan, yang gak bisa menghargai wanita. hampir sama dengan banyak tipe cowo yang dulu sempet deket dengan gua, menghabiskan waktu dan uangnya untuk merayu gua. tapi, setelah mengetahui lebih dalam tentang gua, tentang kondisi hidup gua, tentang gua yang anak yatim, tentang ibu gua yang ternyata seorang kuli cuci, mereka seakan lupa pernah mengenal gua, seakan membiarkan uang dan waktunya terbuang percuma untuk merayu seorang gadis yatim dan miskin, yang seperti gak ada nilai tawarnya.

dan sejak terakhir kali cowo hadir dalam hidup gua dan kemudian mengabaikan gua begitu tau detail hidup gua. gua coba menutup hati dari cowo manapun, ya at least sampai gua bisa berdiri dengan kaki gua sendiri dan berhenti bergantung pada ibu.

"life is like skydiving and mind is like parachute, if it doesn't open then youre fucked, totally fucked"

mostly, semua orang yang gua kenal, entah itu temen, sahabat atau bekas pacar sekalipun, semua orientasinya hanya uang. kalau mau terpandang maka harus ada uang, kalau mau terkenal harus ada uang, kalau mau berhasil harus ada uang, dan kalau tidak ada uang persahabatan melayang, gara-gara uang persaudaraan hilang, dan bisa jadi pekara uang percintaan rusak. banyak yang mengaku 'open minded' tapi tetap menyembah uang, banyak orang yang mengaku pintar tapi tetap mendewakan uang, lalu apa kabarnya orang-orang kelas 'teri' seperti gua. apa karena gua miskin nggak bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan orang yang banyak uang? apa karena gua gak punya banyak uang gua gak bisa bahagia? kalau bisa,lalu kenapa gua di abaikan, lalu kenapa gua jadi 'termarjinalkan'.

setelah satu jam lebih menunggu, pintu ruang tunggu terbuka. seorang wanita paruh baya dan berkaca mata, masuk sambil membawa beberapa kertas dan map. gua berdiri dan menyambutnya sambil mengulurkan tangan , wanita tersebut menjabat tangan gua , dan memperkenakan diri sebagai bu tia.

"mbak nagita ya?"
"iya bu..'
"udah lama?"
"lumayan bu...'
"interview di sini aja ya...'
"oh iya bu,  nggak apa-apa''
bu tia mempersilahkan gua duduk kemudian beliau menutup pintu lalu duduk di sofa di sebrang gua. dan beberapa jam kemudian, kami sudah menyelesaikan interview dan saat ini sedang berada di ruangan bu tia buat menandatangani kontrak kerja gua selama 3 bulan , masa percobaan.

"gi... kamu nanti di bagian 'legal', kamu di proyeksikan buat gantiin salah satu karyawan yang mau risgn bulan depan. nah selama nunggu, sambil training di bagian 'import' dulu ya.."
"oh iya, gak masalah bu..'
"saya udah ngomong ke manager import-nya, namanya pak wisnu, dia sudah oke. kamu bisa langsung mulai hari ini kan..?"
"oh... bisa-bisa bu..."
" yaudah yuk saya anter ke bagian 'import..."
kemudian gua mengikuti bu tia berjalan melewati lorong-lorong di mana di bagian kiri-kananya  terdapat bilik-bilik ruangan tempat para karyawan bekerja..

*langkah demi langkah yang kemudian mengantarkan gua ke sebuah cerita tentang bagaimana cinta merubah segalanya*

Kamis, 22 Oktober 2015



Jakarta, buat sebagian orang  yg hidup di di dalamnya mungkin terasa menyenangkan., hampir semua kebutuhan dapat dengan mudah ditemukan di sini, asal punya uang tentu semua kebutuhan bisa terpenuhi. tapi, sebagian besar sisanya hidup di jakarta mungkin adalah sebuah kesalahan dalam menentukan arah dan tujuan hidup, meraung-raung mengais rejeki sampai tak ada lagi iba buat mereka.  "siapa suruh datang jakarta"

mungkin dulu bapak juga punya pikiran yg sama dengan para pemuda-pemuda dari kampungnya di gunung kidul, jogjakarta. mungkin dulu bapak berfikir kalau jakarta adalah sebuah kota impian, kotanya para dewa,kota yg menyediakan seribu kesempatan, kota yg menjanjikan gemerlapkemeriahan di dalamnya, bapak pun tertipu dan datang ke jakarta'

buat gua, sejak terlahir ke dunia, separuh kehidupan gua langsung 'mati'. Begitu pula puluhan bahkan mungkin ratusan  atau ribuan bayilain yg terlahir miskin di jakarta. jelas, sangat jelas kalau mereka, si bayi-bayi ini, termasuk gua, nggak ingin di lahirkan miskin, kalau bisa memilih, tentu saja gua memilih buat di lahirkan di keluarga kaya raya, dari rahim seorang ningrat yg darahnya biru. separuh dari hidup gua kemudian 'mati' saat bapak sang tulang punggung keluarga, meninggal saat umur gua baru 10 tahun, dan sejak saat itu kehidupan gua serasa 'mati' , serasa 'mati' karena harus menanggung beban mental sebagai seorang anak yatim yg miskin, serasa 'mati' karena menanggung beban hidup gua sendirian sebagai anak.

gua berhasil menamatkan  sekolah sampai jenjang paling tinggi (untuk ukuran kaum gua) sampai SMA, gua melaluinya lewat sepasang tangan yg sudah mulai keriput dengan tenaga  tuanya, lewat tangan ibu yg selama bertahun-tahun jadi kuli cuci hanya untuk membayar spp bulanan. dari sana, gua besar menjadi pribadi yg tangguh, pribadi yg gak gampang kalah. selama sekolah hampir tiap taun gua mendapat bea siswa, hingga dapat meringankan beban ibu yg semakin lama, tangan tuanya semakin lemah,. lulus dari SMA gua langsung mengajukan lamaran ke berbagai perusahaan, entah nanti jadinya spg,Cleaning service, atau sukur-sukur bisa jadi customer service di perusahaan kecil.

'drtt...drtt...drrrtt'

ponsel jadul gua bergetar lama di atas meja makan, satu-satunya meja yg ada di rumah petakan ini. gua menggapainya, sebuah panggilan dari nomor asing muncul di layarnya yg masih 'monocrom'

"ya halo.."
"hallo, selamat pagi"
"selamat pagi.."
"dengan sdri nagita slavina..."
"ya benar, dari mana..ini?"
"saya bela dari pt 'internasional food' yg kemarin mau mengundang mba untuk interview tahap dua dengan manager hrd-nya langsung"
"ohya, kapan ya mba.."
"besok senin jam 8 pagi ketemu dengan bu tia ya..."
"iya mba, terima kasih"

gua mengahiri panggilan, dan melempar hanpon ke atas kasur, kemudian gua bergegas ke belakang, ketempat ibu yg tengah menggoreng bakwan untuk di jual, di titipkan di warung bang udin.

"Bu, aku di panggil buat interview yg ke dua.."

ibu gak menjawab ,ibu hanya tersenyum sambil mengusap rambut  gua.

Gua teringat saat interviuw di perusahaan tersebut minggu lalu. bermodal informasi dari bapak supir yg bekerja di perusahaan tersebut yg biasa makan di warung bang udin. gua pun langsung mengirimkan cv lamaran, tak di sangka sesampainya di sana gua lansung psikotest dan di interviuw. entah beruntung atau apa namanya, gua di panggil lagi.
--------------------
Senin pagi setelah selesai membantu ibu menyiapkan adonan untuk membuat gorengan, gua bersiap untuk berangkat ke perusahaan tersebut. dari rumah gua di palmerah ke kantor yg bakal gua datengi di senayan, jaraknya sekitar 6km. sebenernya bisa saja gua jalan kaki untuk menuju ke sana, tapi daripada terlambat dan kemeja gua bau keringet dan matahari, akhirnya gua putuskan buat naik ojek. jam menunjukan jam 07.15 saat gua clingak-clinguk mencari tukang ojek yg biasa mangkal di perempatan gang rumah gua saat pagi, tapi saat ini gak ada satupun yg ada di sana. gua berjalan cepat menyebrangi pasar palmerah sambil berharap berpapasan dengan salah satu tukang ojek, pucuk di cinta ulam pun tiba, dari belakang terdengar  suara laki-laki menawarkan jasa ojek, tapi begitu menoleh yg terlihat hanya sekumpulan  anak sekolah berseragam putih abu-abu yg busaha menggoda gua dengan menawarkan tumpangan, gua mengacungkan jari tengah, di susul riuh suara anak-anak tersebut cengengesan. setelah cukup lama berjalan, gua mendapati seorang tukang ojek yg baru saja menurunkan seorang ibu-ibu dengan plastik belanjaannya, gua menepuk pundaknya dan bertanya ongkos ke senayan. tawar-menawar  terjadi cukup alot, setelah mencapai kesepakatan dengan keuntungan besar sepertinya ada di pihak abang ojek, gua pun naik di jok belakang  dan motor mulai melaju melintasi padatnya jalan jakarta.

Jam menunjukan pukul 07.45, saat gua sudah berada di lobi lift untuk menuju ke lantai 20, lantai dimana gua harus bertemu dengan bu tia manager HRD. suasana di sekitar lobi lift semakin ramai, begitu pintu lift terbuka, tanpa peringatan, orang-orang berdasi dan berkemeja rapi tersebut berubah menjadi ganas, saling dorong untuk mecapai tempat kerjanya secepat mungkin. gua, dengan ukuran tubuh yg lebih kecil di banding mereka, berusaha  menyelinap masuk ke dalam lift dan sama sekali tak menemui kesulitan.

Tapi permasalahan muncul saat gua berada di ujung lift bagian belakang ngga bisa mencapai tombol lift yg ada di ujung lift bagian depan. gua berjingkat sambil berusaha meraih bahu seorang wanita untuk  meminta tolong untuk memencet tombol dua puluh. tapi belum sempet  tangan gua mencapai pundak wanita tersebut, seorang bapak-bapak bergerak mundur yg membuat gua sedikit terjepit, gua berjingkat lagi untuk melihat lagi apa yg terjadi ternyata seorang cowo  baru saja meramgsek masuk kedalam lift sudah hampir kelebihan muatan. gua berusaha menggapai lengan cowo tersebut yg posisinya lebih mudah buat memencet tombol lift.

"mas, lantai 20 dong..."
"berapa,,, sepuluh..?"
cowo itu bertanya kembali sambil memasang tampang seperti orang meledek ukuran  tubuh gua yg sedikit lebih kecil.

"dua puluh mas...."
gua sedikit meninggikan nada suara, dan sepertinya malah membuat beberapa orang di dalam lift mengalihkan pandangan ke arh gua.

"waduh, biasa aja kali mba..."
cowo itu menjawab sambil mengerakan tangannya ke arah tombol lift.
''ting''

pintu lift terbuka, gua berusaha untuk keluar dengan susah payah, ternyata cowo tadi turun di lantai yg sama dengan gua. ah kebetulan, pikir gua dalam hati. siapa tau bisa tanya-tanya. tapi ternyata cowo tadi langsung berjalan ke arah pintu kaca yg bertuliskan nama perusahaan di bagian depannya. sebelum di menghilang dari pandangan, gua pun berusaha memanggilnya.

"mas...mas...woi.."

cowo itu hanya menoleh sebentar lalu masuk. gua berjalan cepat menyusulnya, setelah membuka pintu kaca, dan menemukan cowo tersebut yg baru saja selesai melakukan absensi, gua pun menghampirinya;
"bu tia dimana ya?" gua bertanya sopan ke cowo tersebut
"eh mbak, kalo tanya yg sopan sedikit dong, permisi dulu kek.."
"yee, emang gua kurang sopan? terus nanya yg sopan gimana?"

cowo itu memasang muka kesal kemudian pergi begitu saja, dari yg gua denger sepertinya di mengerutu bilang;
"gua nggak ta.."
*dan inilah awal perjumpaan gua dengan cowo bernama rafi ahmad*


ps:
** tolongng  minta pendapatnya buat cerbuang gua ini, biar penulisnya semangat nulis**
bisa lewat coment atau lewat twitter: @esyter17

Rabu, 21 Oktober 2015

part 4



masuk minggu terakhir dalam bulan pertama masa probation-nya nagita. dan gua rasa ini jadi masa ujian buat gua.ada perasaan sedikit bangga saat melihat nagita mamou menguasai hampir semua yg gua ajarkan,dan kagum dengan daya tangkap dan daya intelegensinya yg tinggi. yg cukup cerdas untuk ukuran orang selain gua.

setelah hampir sebulan, akhirnya gua punya sedikit kekebalan mahluk ''menyebalkan'' bernama nagita, mungkin banyak yg  bertanya seberapa menyebalkannya nagita, berikut akan gua jabarkan sedikit; nagita itu cewe yg mempunyai paras yg cantik yg menurut gua memiliki kepribadian ganda, suatu saat  pernah gua lihat dia duduk bersandar di tembok mushola yg ada di bastment kantor sambil terbengon-bengong, menghiraukan segala hiruk pikuk yg ada di sana pada saat jam istirahat, beberapa saat kemudian dia sudah hahahihi, cekikikan di sebelah gua, menikmati keripik singkong sambil sesekali mengecek laporan import.  pernah pula gua dapati dia sedang menangis, walaupun saat gua tanyakan dia cuman bilang;
"ini nih cuman kelilipan.." dansetelah itu dia kembali ceria lagi.
dia seperti memiliki dua kepribadian dan sialnya gua jatuh cinta pada kedua kepribadian-nya.

Walaupun perasan ini sedikit menaruh hati padanya, tapi tubuh dan akal gua menolak keras untuk setuju dan sepaham dengan perasaan. gua yg punya ego setinggi langit, sebesar gununung, menolak mentah-mentah untuk jatuh hati padanya. jatuh hati pada cewe yg benar-benar tidak memperoleh nilai memuaskan gua sejak kesan pertama, gua setuju pada kata-kata iklan 'kesan pertama begitu menggoda'. dan nagita sudah kehilangan kesan itu. tapi kadang hati gak bisa dan gak akan pernah bisa buat berbohong, entah sejak kapan setiap malam, setiap gua habis berpisah dengannya dari kantor, bahkan belum ada lima menit gua berpamitan untuk pulang duluan, wajhnya selalu sukses berbayang di kaca helem gua, di tangki motorgua, di papan reklame yg ada di jalan pokoknya dimana-mana selalu terbayang wajhnya  she's evrywhere.

selain itu nagita punya sifat yg sangat susah sekali di tebak, pola hidupnya sangat random, semua seperti tidak ada aturan yg baku. dia bisa saja mengeluarkan bekel makannya pada saat jam 11 siang, atau mengunakn jam tangannya di sebelah kiri kemudian besoknya di sebelah kanan, dia juga acap kali terlihat minum kopi di pagi hari tapi juga tak jarang juga di minum teh. suatu waktu, saat sebuah lagu berjudul    'vindi cated' dari dashboard confensional di putar di playlist gua, dia manggut-manggut sambil bilang;

 "enak banget nih lagunya"  di hari yg lainnya dia bilang;
"ganti...ganti lagu gak jelas gini di stel.." sungguh gak tertebak
.
hal ini sangat bertolak belakang dengan gua, sangat berbeda 180 derajat. bagaimana ada seseorang yg gaya hidupnya 'semrawut' dan 'amburadul'

yg membuat gua dan nagita mirip hanyalah, kami sama-sama keras kepala. kami berdua sama-sama engan mau mengalah, kami sama-sama pejuang, pejuang dengan idealismenya masing-masing.

"lu gak makan siang?"
"nggak nanti aja, gak laper"
"oh, kok ada orang yg jadwal makannya aja gak teratur"
gua berkata sambil mengambil jaket kemudian pergi buat makan siang

"loh...terserah guadong, perut-perut gua, yg ngerasain laper juga gua kenap
 lu yg rempong....?"


nagita membalas gua dengan argumennya, gua hanya mendengarnya sekilas dan berusaha menahan diri untuk gak menggubrisnya.

saat gua sedang berjalan di lorong menuju meja kerja gua saat kembali setelah itirahat makan  siang, gua dari kejauhan melihat pak wisnu sedang ngobrol denagn nagita di meja gua. melihat hal itu perasaan gua jadi gak menentu, ada apa ini? atau gua yg akan dapat masalah? karena gak biasa-biasanya dia turun ke bawah memberi perintah langsung kepada bawahannya, biasanya dia selalu menggunakan email dan masage chating, biar ada bukti katanya.

"Ada apa pak.." gua bertanya ke pak wisnu sambil melepas jaket gua.
"oh, gini fi.." pak wisnu bangkit dari tempat dia duduk dan menepuk pundak gua.
"Besok kamu ke BPOM, ngurus prosedur pindah alamat, buat di nomer ijin edar produk ya!!!"
"lah, kan ada irwn pak...?"
"irwan tadi telepon, dia gak masuk, istrinya lagi sakit, lagian gak ada huungannya sama irwan"
"ooh.."
gua meng 'ooh' kan  sambil mengingat-ingat sms irwan tadi pagi yg bilang kalo itrinya lagi sakit
.
"nah, saya udah bilang sama nagita tadi,  dia ikut kamu besok, biar paham prosedurnya  kalian"  pak wisnu kemudian berlalu meninggalkan gua yg masih terdiam.

"pak..pak" gua berlari keci menyusul pak wisnu.
"emang kita mau pindah alamat pak?"
"nggak, bukan kita, tapi pabrik yg ada di US sana mau pindah, jadi alamat yg ada di ijin edar       dan di lebel produk harus di ubah juga!!"
"oh, iya..iya"
"......"
"tap, apa saya perlu ngajak nagita pak..?
"loh.. kamu ini paham nggak?"
"maksudnya pak?"
"mengurus prosedur pindah alamat itu tugas departement legal, dan kamu bukan orang 'legal'...."
"terus?"
"di sini yg posisinya orang 'legal' ya cuman nagita"
"jadi...?"
"jadi, harusnya pertanyaan bukan kenapa nagita harus ikut kamu?, tapi kamu kenapa harus ikut nagita? paham?"

mendengar penjelasan pak wisnu, gua cuma menundukan kepal sambil memijit kening gua, ini artinya, besok gua akan ke BPOM tanpa punya kuasa, dan nagita lah yg punya kendali penuh.
"kamu paham gak..?" pak wisnu bertanya.
"iya paham pak..."
kemudian gua berjalan pelan sambil menunduk ke arah meja kerja gua.

"raf, besok lu anter gua ke BPOM ya..?"
"Bawell! gua udah tau"
"jangan lupa dokumen-dokumen yg di perluin disiapin"
nagita berkata sambil mengangkat ke dua alisnya, seakan memberi perintah.
"songong banget lu, nyuruh-nyuruh gua..."
"bukan gitu, gua kan gak tau dokumen apa saja yg di perluin..."
gua gak menjawab,gua cuman mengambil selembar kertas dan mulai menulis. kemudian menyerahkan potongan kertas tersebut  yg berisi  daftar dokumen yg harus di bawa kepada nagita.

"nih..., yg tinta warna biru, lu minta dokumen sama orang legal,,,yg tinta warna item, lu cari di filing cabinet-nya irwan, yg tinta warna merah lu baca dan camkan baik-baik..."
nagita memperhatikan dan mulai membaca kertas tersebut, (kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga gua.)  disini aroma tubuhnya menusuk ke hidung gua kemudian menjalar ke otak,sebuah aroma yg memancarkan kebahagian.
"oke bos..."
nagita berdiri dan melangkah pergi ke lantai atas, ke bagian legal. meninggalkan gua yg masih terkesima dalam balutan aroma tubuhnya yg menggoda. gua duduk terdiam, kemudian senyum-senyum sendiri membayangkan apa yg baru saja gua tulis di secarik kertas dengan tinta warna merah;

"gua gak pernah jalan berdua sama cewe yg tampil biasa-biasa aja, besok lu harus tampil luar biasa"

-------------------------
malam harinya, sebuah malam yg mungkin bakal selalu gua kenang di sisa masa hidup gua. bagai seorang bocah yg di janjikan bakal di ajak ke 'DUFAN' oleh bapaknya, bagai mahasiswa yg bersiap menghadapi wisuda esok harinya,gua gelisah dan susah tidur, pengin cepet-cepet langsung pagi.
*pagi dimana gua bakal ke kantor bpom sama nagita*
perasaan seperti ini, perasaan yg mirip seperi inilah yg kerap kali muncul setiap saat, apalagi menjelang tidur. wajah nagita selalu terbayang  dimanapun dan kapanpun. rasa inilah yg selalu dilawan akal sehat gua, agar nggak kehilangan harga diri. agar jangan sampai gua suka sama dia, atau bahkan jadian sama dia. tapi , ah rese ya, kenapa tu anak bikin kesel gua saat baru bertma jumpa, ah kalo aja dia nice. pasti gak bakal bergejolak gini hati gua. yg jelas gua gak bisa menolak untuk ngak jatuh cinta sama nagita.
"arghhhhh anjiiiiiing!!!" gua mengacak-acak rambut gua dan terduduk di atas kasur.kemudian terdengar ketukan pintu yg disertai suara ibu

"fi..afi... kamu kenapa?"
"nggak papa bu" gua membenamkan wajah ke tumpukan bantal.
"terus kenapa triak-triak?"

ibu terus bertanya, masih dari luar  dibalik pintu kamar, gua bangun dan turun dari tempat tdur lalu berjalan ke pintu lalu membukanya, terlihat ibu sedang berdiri berkecak pinggang sambil bersender pada tembok

"nggak papa bu cuman lagi main game..."
"oh, kirai ada apa-apa? kalo main game gak usah triak-triak bikin orang kaget aja!!!"
"iya"

kemudian gua menutup pintukamar dan kembali menjatuhkan diri di atas kasur,sambil menatap langit-langit kamar yg masih memantulkan sosok nagita. gua senyum-senyum sendiri sambil tak henti-henti mengeleng.

"biarin, gila-gila dah gua..."









ps:
** tolongng  minta pendapatnya buat cerbuang gua ini, biar penulisnya semangat nulis**
bisa lewat coment atau lewat twitter: @esyter17

Selasa, 20 Oktober 2015

part 3

part 3


Hari berikutnya, gua datang ke kantor lebih pagi.gua berangkat lebih awal deengan alasan; menghindari tiara nebeng, yg selalu sukses bikin gua sedikit terburu-buru, karena tiara selalu meminta di tungguin setelah gua turunkansampai teman atau pacarnya menjemput.

Gua masuk kedalam ruangan, dan terkejut setelah melihat sosok nagita yg tengah asik duduk di kursi gua, mengunakan komputer gua sambil menikmati bubur ayam dengan wadah 'sterofoam'. di sisi meja yg lain plastik bekas bungkusan bubur dan beberapa tissue. Ggua menarik kursi kecil yg seharusnya digunakan nagita, dan duduk di sana. Nagita yg menyadari kedatangan gua, langsung menoleh sebentar, kemudian kembali asik kehadapan monitor.

" eh, udah dateng raf....?"
Gua mengusap wajah dengan kedua telapak tangan, kemudian mengambil cangkir yg ada di atas meja lalu berjalan menuju pantry untuk membuat kopi. sebelum berlalu gua sempat berkata pada nagita

"Gua mau bikin kopi,pas gua balik nanti gua mau lu udah enyah dari kursi gua
 dan sampah-sampah itu sudah tidak ada..."


Sepertinya gertakan gua tadi cukup berhasil, sekembalinya gua dari pantri, terlihat meja kerja gua sudah bersih, plasik-plastik bekas bubur sudah berpindah ke tempat sampah  dan gua lihat nagita sudah duduk di kursinya sambil menyilangkan kaki dan tanganya dilipat di atas dadanya. dia tersenyum ke gua. ( oh.. god , kalau aja dia gak nyebelin mungkin gua udah tenggelam dalam senyumannya)

"Rule noumber one, don't ever touch my stuf..., role noumber two, don't touch my
 stuf..., rule noumber three, don't ever ever ever touch my stuf...."

"..........."
"dan jangan lu berani-beranimya lagi bikin kotor atau berantakan meja gua..."
"Iya, maaf..."

Nagita menundukan kepalanya, yg membuat gua sedikit iba. gua membuka aplikasi pemutar lagu di komputer dan memulai memutar playlist yg berisi lagu-lagu kesukaan gua. lumayan buat mencairkan suasana.

"kemarin sudah di ajarin apa sama irwan...?"

gua bertanya pada nagita, yg di tanya cuman terbengong-bengong sambil menetuk-ngetukan ujung pensil ke bibirnya yg mungil.

"hmmm...., irwan itu yg mana yah...?"
"whatt.... emang kemarin lu gak kenalan? itu yg kemarin ngasih tau lu
 tentang dokumen-dokumen BPOM yg mejanya itu...."


gua bicara sedikit berteriak sambil menunjuk ke arah meja irwan

"oh, namanya irwan, yg orangnya brewokan..."
"iya, yg orangnya gak bisa mingkem..."
"emm,,,, udah sampai mana ya, emm,,,, udah lah, urusan dokumen mah gancil.."
nagita berbicara sambil menjentikan ujung jari kelingking dengan jempolnya'

"bisa gak kalo  kita langsung ke menu utamanya aja? langsung ke prosedur
 import..?"


nagita menambahkan, sambil menggeser kursinya mendekat. dari tempat gua duduk terciu aroma parfum candy yg menggoda 'argghhh'

"stop-stop!!! mundur lu mundur..."

gua mengangkat tangan sambil menggoyang-goyangkanya telapak tangan, mempergakan gerkan mengsir kucing; hush..hush. nagita memundurkan kursinya kemudian menatap gua , dan gua baru menyadari kalo nagita memiliki mata biru yg indah dan gua ragu kalo itu adalah 'softlens'. dalam tatapanya gua seolah terseret ke dalam sebuah cerita. mataini, mata indah ini memilikiceritanya sendiri. seperti ada kepedihan di dalamnya. dan seperti terhipnoti, tangan gua mulai menyentuh wajahnya, dan tanpa sadar gua mengucap;
"maaf...." 
sebuah kata yg sangat jarang gua ucapkan pada siapapun
plaakk!!!!
sebuah tamparan mendarat di pipi sebelah kiri gua, ngak begitu keras tapi cukup mengagetkan. sejurus kemudian nagita menyingkirkan tangan gua dari wajahnya.

"wooyy..."
suara irwan membuyarkan lamunan, dengan posisi tangan nagita masih memegang tangan gua. kami terlihat salah tingkahditambah suara irwan sedikit meledek membuat guasemakin 'nervous'

"Gila!! baru kenal dua hari udah pegang-pegangan sama dia..."
irwan ngomong sambil mengeleng gelengkan kepalanya sambil duduk di kursinya.
"sorry ya gak level gua pegang-pegangan sama dia..." 
gua membalik badan dan kemudian kembali menatap kembali ke layar monitor gua, sambil mengusap-usap pipi gua yg sekarang mulai terasa 'pedas'

nagita menarik kursinya mendekat, wangi parfum candy kembali menyebar di sekeliling hidung gua, dia mengeluarkan note kecilnya saku kemejanya kemudian meletakan di atas meja. kemudia memeasang posisi bersiap mencatat
.
"mau ngapain lu..?"
"mau mencatat.."
'sono geseran dikit..."
nagita menggeser kursinya ke tepian meja kemudian kembali bersiap mencatat.

"gua gak suka mengulang-ngulang, jadi selama jelasin lu cukup catet aja, kalo lu
 gak nyimak, ketinggalan atau gak denger, gua gak mau ngulang.."

"oke"

nagita menjawab sambil mengangkat ibu jarinya dan mengangaguk.dan gua pun mulai menjelaskan prosedur import barang, terutama produk makanan siap saji dari tahap awal sampai persiapan dokumen.legalitas sampai tahap akhir pengurusan kepabeaan. semua gua jelaskan secara singkat cepat dan lugas. ngak sampai dua jam gua selesai menjelaskan.

"oke udah jelas kan..?"

gue bertanya ke nagita sambil melirik ke note kecil miliknya dan terkejut setelah gak ada satupun tulisan di sana kecuali sebuah judul yg di tulis dengan huruf kapital 'IMORT'

"Buset, dari tadi gua cape-cape jelasin dan sama sekali gak lu catet...?"
"Abisnya lu jelasinya cepet banget gimana gua mau catet, emang lu pikir gua
 wartawan bisa nulis cepet...?"

"Yailah, jaman sekarang tuh apa-apa kudu cepet, jangan lelet.!, ya udah kaya
 tadi yg udah gua bilang, gua gak mau ngulang, titik"

"oke fine, kalo gitu, gua juga bisa kok cari orang lain yg mau ngajarin gue..."
"oh, ya malh lebih bagus, silahkan..."


gua berdiri dan mengangkat tangan mempersilahkan nagita buat pergi. ngak menunggu lama,dia berdiri memasukan note dan alat tulisnya ke dalam tas dan berjalan cepat meninggalkan gua.

"woi, nih kursi balikin ke ruang meeting"

nagita berjalan kembli ke arah gua, mengambil kursi yg sedari kemarin dia gunain dan menariknya, sesekali dia menggerutu saat roda kursi membentur dinding. gua memandangnyasampai dia menghilang di persimpangan lorong. dia berpaling sebentar dan menatap tajam ke arah gua, kemudian mengibaskan rambutnya lalu melanjutkan berjalan.

"parah lu bro..."
irwan yg sedari tadi cuma duduk sambil mendengarkan musik lewat earphone ankat bicara
"parah kenapa bro...?"
"ya itu masa sama perempuan sampai segitu keselnya..."
"ya gimana ya, gua kurang sreg aja kayaknya..."

**gua beralasan,membuat kebohongan pertama, yg kemudian hari gua bakal menyesalinya**

"kurang sreg kok tadi pegang-pegangan..."
"nnnnganu...anu...tadi sebenernya"
gua menggaruk-garuk kepala sambil mencari alasan
"udahlah gak usah banyak alasan gua paham lah..."
irwan ngomong dengan gaya sok kebapaanya sambil menepuk-nepuk pundak gua.
"bukan gitu wan..."
"udah...sssttt....sstt...gua ngerti" irwan memasang muka sok bijaksana.
nggak seberapa lama berselang saat gua tengahsibuk dengan banyaknya laporan yg masih menumpuk, pesawat telpon di meja gua berbunyi, di layar telvon terpampang nama pak wisnu, manager eksport-import, maneger gua. pak wisnu ini orangnya terkenal galak dan displin, dia jarang sekali marah but when he do you'll be wish that you never work here. gua akhirnya mengangkat telvon tersebut.

"hallo.."
"rafi, ke ruang saya sekarang..."
"emm, ya pak.."

gua meletakan gagang telvon dan berdiri,irwn memandang gua dan bersiap bertanya, sebeium selesai dia membuka mulutnya,gua buru-buru berkata;

"pak wisnu, gua disuruh keruangannya..."

kemudian gua bergegas naik ke lantai atas.beberapa menit kemudian gua sudah duduk di sebuah kursi yg menghadap kesebuah meja besar terbuat dari kayu jati dimana banyak berkas-berkas berserakan diatasnya.di sebrang gua ,di sisi satunya duduk seorang pria berkacamata, dengan rambut membotak di bagian belakang, sedang memandangi dan membolak-mbaliak dokumen yg ada di tangannya.
"kamu kenapa...?" pak wisnu bertanya tanpa memalingkan pandangannya dari dokumen-dokumen di tangannya
"kenapa apanya pak..?"
"katanya kamu lagi ada masalah sama anak baru...?" pak wisnu bertanya lagi, pandangannya masih belum beranjak dari dokumen-dokumen di tangannya
"hah, enggak kok pak...."

gua menyadari kalo arah pembicaraan ini menuju pada suatu nama yaitu nagita, dan gua berusaha menutupinya,walaupun gua yakin bakalan percuma, karena pak wisnu terkenal mempunyai kemampuan introgasi yg tinggi dan kemampuan mengorek informasi yg mempuni.
"heh.."

pak wisnu menyunggingkan senyuman,sebuah senyuman yg sangat populer buat para staff eksport-import. biasanya senyuman itu akan berakhir dengan SP, surat pemotongan gaji, surat mutasi bahkan surat phk buat para staff yg di panggil pak wisnu.

"rafi, kamu udah lama kan kerja di perusahaan ini, udah senior..terus apa sih
 susahnya ngajarin satu anak baru..?"

"mmm sebenarnya saya sih nggak ada masalah, tapi,,,"
"tapi apa?... kamu mau saya panggilin anak baru  itu buat ke sini biar bisa di
 konfrontasi sama kamu..?"

"ya silahkan aja sih pak, toh saya gak merasa salah apa-apa..."

mendengar jawaban yg baru saja saya lontarkan barusan, pak wisnu langsung meletakan dokuken-dokumen yg dari tadi di tangannya, membetulkan kacamatanya kemudian menatap ke arah gua.

"saya mau setelah kamu keluar dari ruangan ini, kamu cari anak baru yg tadi
 kamu usir, dan lakukan apa yg seharusnya senior lakukan ke juniornya..."

"iya pak"
"ya udah sana.."
gua bernjak keluar ruangan, sebelum saya keluar, pak wisnu berkata;
"rafi, saya gak mau denger kejadian seperti ini lagi ya, dan saya mau report
 progres anak baru itu setiap minggu...di sini, di meja saya setiap senin"


gua mengangguk kemudian keluar ruangan pak wisnu sambil menggerutu dalam hati. kemudian mulai bersepekulasi siapa orang mengadukan ini, dan orang pertama yg gua curigai sudah pasti nagita. kemungkinan dia ngadu ke bu tia kemudian bu tia melanjutkan ke pak wisnu yg merupakan atasan gua langsung.

"wan lu liat nagita gak..?"
"nagita siapa"
"nagita itu cewe yg tadi"
"oh, cewe yg tadi sempat lu pegang-pegang namanya nagita toh...?"
"liat gak...?"
"enggak..kenapa?"
"Ga papa"


gua menjawab sambil berlalu menuju ruangan bu tia, siapa tau dia ada di sana. ditengah lorong menuju ruangan bu tia gua melihat nagita sedang ngobrol sama nanda,anak dari deprtemen 'legal'. gua menghampiri mereka, tanpa basa-basi gua langsung menarik tangan nagita menuju sudut lorong.

"lu ngadu ke bu tia..?"
"iya!! kenapa?"
"gila lu, masih baru aja udah cari masalah..."
"hah, gua nyari masalah?? hellooo... ngak salah? sekarang gua tanya  yg
 dapet masalah siapa....?"

"udah sekarang lu ikut gua..."
"iihhh... lepas ah, gua bisa jalan sendiri"


nagita berhenti, berusaha melepaskan genggaman tangan gua, gak sadar ternyata  beberapa orang tengah memperhatikan kami.gua melepasnya, kemudian dia mengusap-usap pergelangan tangannya kemudian berjalan cepat meninggalkan gua. saat sampai ke meja gua gua lihat nagita lagi duduk santai di kursi gua sambil mengganti playlist lagu di komputer gua.

"awasss, ambil kursi lu sono...?"
"nggak, gue mau duduk di sini..."
"rese lu"
gua menggumam sambil berjalan ke ruang meeting buat ngambil kursi yg biasa di pakai sama nagita. lalu gua menyertnya ke meja gua.
"oke, sekarang gua harus muali darimana, gu mau langsung praktek ya..."
"praktek apaan lu?"
"praktek import lah"
"nggak ada, sekarang lg gak ada import,semuanya sudah di kapal, paling tinggal
 nyiapin dokumen pabeaan-nya aja buat ngambil barang-barang di pelabuhan..."

"so, what youre waitin for"
jujur saat ini hanya satu orang yg ngak ingin gua berada di dekatnya yaitu; nagita, tapi mau gak mau gua harus ngejalani ini. akhirnya gua pasrah dan gua mulai mengajari dia tahap-tahap yg harus di kerjakan dalam prosedur pengambilan barang dari pihak costom.
--------------------------------

hari-hari berikutnya gua lalui dengan memberi tutorial langsung kepada nagiata, memang bukan suatu yg sulit mengajarkan semua hal-hal ini kepadanya, selai cepat tanggap dia juga orngnya sigap,belum ada seminggu dia sudah menguasai semua apa yg gua ajarkan, cuman ada sedikit hal yg mengganggu tentu saja maslah yg dimiliki hampir semua wanita yaitu; 'bawel'

kalo bawelnya maslah pekerjaan sih gak papa, lah ini dia kadang bawel buat hal-hal yg gak penting contohnya; 
"raf lu kayaknya gak cocok pake kemeja warna ijo"
"raf, selain bikin kesel orang ke ahlian lu apaaan",
 "raf kalo lu potong rambut ngomongnya gimana sama abangnya" 
 ~sudah hampir seminggu ini dia membahas hal-hal yg gak penting~







PART 2


"Gila songong banget tu orang...!" 

gua membanting ransel ke atas meja kerja kemudian gua duduk di kursi sambil terus mengerutu.

"kalo cowo udah gua sikat tu orang.." 
                                                                                                  
 irwan salah satu rekan kerja yg sedari tadi manggut-manggut memperhatikan gua pun angkat bicara

"kenapa sih lo? pagi-pagi udah ngedumel aja..." 
                                                                  
 gua menyandarkan kepala ke kursi sambil memandang langit-langit  sambil meletakan kedua telapak tangan di atas dahi
.
"gila...tadi di lift ada cewe songong banget wan...!"
"songong kenapa?" irwan menggeser kursinya mendekat ke gua.
"di lift, dia triak-triak ke gua , eh sampe di luar dia nanya ke gua, tapi nanyanya
 nyolot gitu..."

 gua sedikit menjelaskan kronologis di lift tadi kepada irwan. dia cuman manggut-mangut gak jelas sambil bergumam "hemmm" . Dan awal hari ini , pagi gua berantakan total, cewe  di lift itu sukses bikin mod gua pagi ini 'hancur'.
----------------------------------------------

jam dinding di kantor menunjukan pukul 11.50 siang, gua membereskan meja kerja sebelum keluar untuk makan siang.Gua terbiasa rapi,gua menata meja kerja sedemikian rupa supaya keliatan rapi,tidak ada tempelan catatan-catatan yg di tulis pada post-it warna-warni yg di tempel di layar monitor,tidak ada kertas berserakan di mejasemua teratur rapi dan bersih. Saat akan berdiri meninggalkan meja, ada suara yg memangil nama gua 'suara bu Tia'

"fi..fi...rafi..."

gua mnoleh, gua melihat wanita paruh baya berkacamata sedang melambai-lambaikan tangannya ke arah gua. disampingnya berdiri cewe songong tadi pagi memandang lurus ke arah gua. gua mengangkat bahu, pasang muka heran kemudian mengetuk-ngetukan jari di atas jam tangan gua memberi isarat pada bu tia bahwa sekarang udah jam istirahat. bu Tia menangkap isarat gua lalu dia 'menggeleng-gelengkan kepalanya' kemudian berjalan menghampiri gua,tentu saja di ikuti cewe songong tadi
.
"ada apa bu..? udah jam makan siang, saya laper berat nih bu...!"
"nggak cuman betar aja, ini kenalin karyawan baru. dia nanti di tempatin di bagian
'legal' , tapi selama probation tiga bulan dia sama kamu dulu sekalian belajar
 import..."

bu tia membuka telapak tangannya ke arah cewe songong yg berdiri di sampingnya memberi isyarat agar kami saling kenalan, cewe songong itu menyodorkan tangannya gua memandanginya dari atas ke bawah agak lama lalu menyalaminya.

"hai, saya nagita...!"

gua menganggukkan kepala dan melepas salaman sambil berkata pelan "rafi"
"nah nagita, mulai besok kamu langsung ke sini  ya...."
bu tia berbicara ke arah nagita yg kemudian di jawab dengan anggukan kepala, kemudian bu Tia pergi meninggalkan kami yg masih sama terdiam.gua sedikit berlari mengejar bu Tia dan berbicara sambil berjalan di sebelahnya.
" sorry bu, tuh anak duduk di mana? meja di sini udah penuh semua?"
"ya sementara semeja dulu sama kamu,  meja kamu kan gede, nanti saya suruh
 orang cari meja kosong buat dia"
"what the,,,,,,"

belum selesai gw ngomong bu tia udah melotot ke gua kemudian berlalu sambil bilang
"be nice"

gua pun berbalik menuju ke arah meja gua , menggambil jaket yg tergantung di sandaran kursi lalu pergi meninggalkan nagita yg masih bengong berdiri disamping meja gua.

"eh....mau makan siang ya"  nagita ngomong sambil berlari kecil mengejar gua
"enggak gua mau ngacak-ngacak sampah"
"idih gak berpendidikan banget sih jawaban lu..."

gua menghentikan langkah gua kemudian menoleh ke arah nagita

"emang apa perduli lo, gua mau kemana? gua mau makan siang kek,
 mau makan ati kek, maumakan beling kek... ngapain lo pake nanya-nanya..."
"loh,  gua kan nanya baik-baik kenapa lu sewot...?"
"nah itu bisa nanya baik baik, tadi pagi kenapa gak gitu?"
"oh, lu marah gara-gara tadi pagi... ya udah gua minta maaf..."

nagita kembali menyodorkan tangannya,gua memandang tangan tersebut sekilas kemudian menatap wajahnya. dalam hati gua berfikir kalo gua memaafkannya sekarang, sebagai laki-laki gua merasa kalah,harga diri gua bakal hilang di mata dia dan itu gak boleh terjadi. gua mengabaikan tangannya yg masih menggantung, kemudian gua ber buru-buru masuk kedalam lift yg masih terbuka.nagita berlari kecil menyusul gua, dan hebatnya dia bisa menyelinap di sela pitu lift yg hampir menutup, kemudian berdiri di samping gua.

"oke, kalo lu gak mau maafin gua, ngak masalah...."

dari dinding lift yg terbuat dari kaca gua bisa melihat kalo dia sedang menggerutu, sambil memonyong-monyongkan bibirnya. Gua akui kalo cewe ini memang manis, nggak..nggak...., dia bukan cuma manis, tapi dia juga cantik, walopun dia gak terlalu tinggi dan bodinya gak seperti model tapi dia tetap terlihat memukau dengan wajahnya yg oval, matanya yg indah, bibir mungilnya sungguh terasa cocok dengan rambutnya yg sebahu. dan dengan gayanya yg feminim dengan kemeja putih dan rok span berwarna hitam tapi tetap terlihat sporty dengan balutan jam tangan 'Baby-G' warna biru di tangan kirinya.seandainya, dia tadi pagi gak buat masalah sama gua mungkin sekarang gua sedang merayunya buat bisa makan bareng sama gua. saat pintu lift terbuka gua langsung berjalan keluar sambil memakai jaket gua kemudian berjalan kearah pintu bastment,gua lirik nagita masih berlari-lari kecil mengikuti gua

"eh raf... lu mau makan di mana..?"
"what... lu manggil gua apa"

gua menghentikan langkah gua, mendengar pertanyaan dari nagita, bukan pertaanya yg jadi soal, tapi pengunaan panggilan nama gua ygterdengar asing di telinga gua.

"nama lu rafi kan, makanya gua panggil raf...."
"pangil yg lengkap 'rafi' kalo gak pangil 'afi'..."
" afi, akademi fantasi indonesia , udah kaya ajang pencarian bakat aja.... hahahaha"
"terserah"

kemudian gua berjalan ke arah  warung tenda yg berjajar rapi di tepian jalan menuju ke perkampungan warga di belakang kantor,siang itu cuaca sedikit gerimis di sertai suara petir yg sahut-sahutan.gua masuk ke warung tenda yg yg brjualan pecel ayam dan pecel lele. di ikuti nagita yg selalu mengikuti gua dari atas tadi gak pernah selangkah pun jauh dari gua.

"eh mas rafi mau makan mas" 

ucap pak ujang penjual nasi pecel ramah menyapa gua yang baru saja mau duduk di bangku kayu panjang
"ya kalo gua ke sini pasti mau makan lah pak,masa mau ngacak ngacak sampah sih"   jawab gua sekenanya, orang-orang langsung melihat ke arah gua. gua plototin aja mereka

"apa? belum pernah lihat orang kesel...."

seketika orang-orang yg tadinya ngeliatin gua langsung memalingkan muka dan nglanjutin makan.

"pecel ayam satu pak, nasinya setengah sama es teh manis..."

gua mulai memesan , kemudian duduk di kursi.

"pak, pecel lelenya ya satu...."

nagita mengangkat telunjuknya , kemudian duduk di sebelah gua.

"eh , emangnya lu lagi kesel sama siapa sih raf..?."
gua pun menengok ke arah nagita

"menurut lu, gua kesel sama siapa...?
"hmmm, bentar..bentar sama bu tia ya...?

gua mengangkat ke dua tangan sambil mengepalkanya dan sedikit menggeram,nggak menjawab hanya menggerutu

" Arghghgh .. oh my gosh.... oh my plase....save me"

kemudian siang itu hujanturun,gua menikmati pecel ayam yg sepertinya gak ada rasanya 'hambar' sementara di sebelah gua duduk cewe yg sedang menjilati jarinya bekas sambel pecel setelah menghabiskan satu ekor lele goreng.jam menunjukan pukul 12.50 siang,dan lengkap sudah hancurnya mud gua hari ini.
------------------------------
~back to office~

"eh raf, emang kita ngimport barang apaan sih..?" nagita bertanya membuka keheningan, dia duduk di bangku yg di ambil dari ruang meating.

"lho, lu nglamar kerja di sini tanpa tau backgraund perusahaanya? aneh...."
"yeee, gua tau, tapi detail importnya kan gua belum tau..."
"ni perusahaan kan distributor makanan,jadi gak produksi sendiri. menurut lu kita
 ngimport apaan...?"
"makanan"
"nah itu lu tau ngapain nanya....?"
"ihh maksudnya,,,,"

belum selesai nagita ngomong, gua ngambil kertas dari tempat sampah lalu mengulungnya dan gua lempar ke irwan yg lg asik main game di komputernya sambil menggunakan earphone. lalu irwan pun kaget lalu nengok ke arah gua sambil bertanya

"apa" tanpa suara
"nih bocah lu ajari regulasi BPOM dulu"
gua berkata ke irwan, kemudian menambahkan

"tuh, lu tanya-tanya masalah dokumen-dokumen BPOM aja  dulu sama irwan..."

tanpa banyak tanya nagita langsung mengeser kursinya ke meja irwan yg ada disebelah meja gua.
jam menujukan pukul 16.40 saat gua memutuskan mematikan komputer,membereskan meja kerja dan bersiap turun untuk pulang . di sebelah meja gua terlihat irwan sedang garuk-garuk kepala sambil menjelaskan beberapa dokumen yg berhubungan dengan perizinan  BPOM kepada nagita. gua tersenyum kecil sambil melewati dan menepuk pundak irwan.

"gua balik duluan ya"

irwan cuman mengangkat tangannya dan gua bergegas turun. didalam lift gua bertemu dengan bu Tia, ah kebetulan ada yg pengin gua tanyakan perkara penempatan nagita di departemen gua,kususnya semeja dengan gua.
"Bu, itu nagita ,buat 'legal' ko probationya di import sih...?
"kan import ada hubungannya dengan legal juga fi..."
"iya sih, tapi kenapa gak di bagian eksporta aja...?"
"traffic eksport kita kan rendah fi, mana bisa dia kalo di taro di situ emang kenapa
 sih? lagian tu cewe juga cakep kan bukannya seneng kamu?"
"ya...gimana ya"
"emang kenapa sih..?"

bu tia merubah mimik wajahnya menjadi sedikit serius, tadinya gua mau bilang kalo tu anak 'rese' dan 'gak asik' tapi gua urungkan karena takut mengurangi penilaian bu tia terhadap nagita.

"ngak apa-apa, bu.."
"oh ya fi, saya belum dapet meja kosong buat anak baru itu, sementara sama kamu
 aja dulu ya...."
"what, terus sampai kapan?"

belum selesai gua bertanya pintu lift sudah terbuka dan bu tia lngsung pergi ngeloyor ninggalin gua yg masih berdiri mematung di dalam  sampai pintu lift tertutup kembali....