pagi ini mungkin jadi hari jumat biasa bagi orang lain. tapi buat gua, jumat pagi ini akan menjadi hari yang spesial, hari yang akan menjadi sebuah tikungan di garis takdir hidup gua. masih sama seperti hari-hari yang pernah gua lalui sebelum-sebelumnya. gua terbangun dari tidur gua yang tidak nyenyak saat jam wekernya belum berdering. seperti biasa, gua selalu patuh, patuh terhadap semua tauran yang gua buat sendiri, boleh di bilang hdup gua udah seperti tentara yang tinggal di barak pelatihan, dan gua suka itu. gua bangun jam 5 pagi, setelah merapikan tempat tidur, menunaikan sholat subuh kemundian mandi tidak lupa sikat gigi dong.
hari ini, gua memiliki janji dengan dengan seorang gadis rekan kerja gua yng belum lama gua kenal. seorang gadis yang 'apes' karena nggak berhasil mendapatkan impresi yang menjanjikan saat pertama bertemu gua, gadis yang seharusnya gua jauhi. gua terbiasa menjadi seorang cowo yang selalu terpenuhi keinginannya, gua nggak pernah bersusah payah buat mendapatkan apa yang gua mau, bahkan untuk urusan yang namanya pacar. jika gua menginginkan jam tangan mahal seharga jutaan rupiah, maka dengan mudah gua dapat membelinya. jika gua menginginkan sebuah mobil maka si bapak yang keturunan ningrat akan menyediakanya, jika gua menginginkan seorang gadis untuk jadi pacar, dalam waktu tiga hari, atau maksimal seminggu gadis itu bakal jadi pacar gua. wajah tampan dan keturunan orang kaya, menjadi bonus yang melekat sejak lahir. bonus itulah yang menjadi senjata utama gua untuk mendapatkan apa yang gua mau.
ada yang bilang gua orangnya sombong, gua sama sekali nggak membantahnya, gua sombong karena berbagai alasan, dan alasan tersebut membuat gua pantas untuk sombong. tapi, kali ini berbeda, sangat berbeda. gua yang egonya sebesar gunung, perfeksionis dan arogan, terseok- seok hatinya menghadapi seorang gadis rekan kerja yang baru gua kenal. sebuah pergolakan batin terjadi; gadis yang dari sikapnya perlu di jauhi malah membuat gua jatuh hati. akal gua menolak, hati meronta-ronta. dan ini adalah kali pertama gua merasakan hal itu. malu mengakui kalau gua jatuh hati.
hari ini gua menggunakan setelan kemeja tarbaik, menggunakan sepatu pantofel hitam yang udah di semir klimis, menggunakan jel rambut lebih banyak dari biasanya, menyemprotkan parfum lebih banyak dari biasanya, dan berkumur lebih lama dari biasanya. pagi ini, tanpa sadar gua telah dari pola dan aturan yang sudah gua buat.
di hampir di semua kisah percintaan gua, gua nggak pernah melakukan hal yang berlebihan untuk mencari impresi dari gadis yang gua incar. dari semua gadis yang pernah gua pacari nggak ada yang mampu menolak pesona gua dan gua sangat percaya nggak ada gadis yang menolak untuk jadi pacar gua. gua adalah jelmaan 'Don juan' medern, seorang 'casanova' sejati.
'' afi, kok tumben udah siap jam segini..?" ibu bertanya sambil meletakan telur dadar di atas piring.
"hooh, mau bawa mobil.."
"tumben?"
"iya mau ke kantor BPOM.."
gua menjawab sambil mengambil sepotong roti kemudian mengecup pipi ibu dan bergegs berangkat
"fi..afi.. gua nebeng..."
dari lantai atas terdengar suara tiara.
"nggak... gua buru-buru...''
gua menjawab sambil bergegas masuk kedalam mobil.
----------------------------
~ at office~
gua duduk di meja kerja sambil memainkan pulpen, menunggu nagita yang belum juga datang. gua berfikir keras, agar mampu tampil senatural mungkin dan nggak terlihat grogi. jujur, kali ini gua begitu grogi dan gua nggak tau kenapa. gua jatuh hati terhadap gadis yang sempet gua 'benci'. Dan jatuh hati ini tersa berbeda dari yang pernah gua rasakan sebelumnya, kali ini lebih hangat, lebih terasa manis dan lebih menyengat. sambil menggoyang-goyangkan kaki, tipikel gua saat gua gugup. beberapa saat kemudian muncul sesosok bayangan di belakang gua yang terpantul dari layar monitor komputer yang sengaja nggak gua hidupkan. sosok itu menepuk pundak gua;
"woy....bengong aja..." terdengar suara merdu nagita dari belakang.
gua masih memainkan pulpen, mencoba untuk tetap terlihat cool sambil tetap berusaha memandang sosok bayangan yang ter pantul di layar monitor yang gelap. gua menoleh, dan....
berdiri di hadapan gua, seorang gadis manis, mengenakan kemeja putih dibalut blazer hitam dan rok sepan dengan warna senada. sambil memeluk tumpukan dokumen yang sejak kemarin di siapkannya. gua berdiri menyambut aroma tubuh yang sama, aroma tubuh yang membuat gua kehilangan kesadaran, membuat gua meninggalkan semua 'ke-don juan-nan' gua. dan usaha gua untuk terlihat cool pun sepertinya gagal, gua (mungkin) malah terlihat seperti orang tolol yang baru saja bertemu dengan artis idolanya.
"lama banget lu.."
gua berkata sambil menggaruk-garuk kepala yang nggak gatal. mencoba menutupi kegugupan gua dan tetap berusaha terlihat cool. gua sama sekali nggak mau kalau dia sampai tahu kalo gua jatuh hati kepadanya, kalo dia sampai tahu, apa kata dia, apa kata dunia?
"lama? masih jam delapan kali...!"
nagita kemudian duduk di kursinya dan meletakan tumpukan dokumen ke atas meja.
"terus, ngapain malah duduk..ayo berangkat"
"yah...gua sarapan dulu ya? laper banget nih, dar sd belum makan"
nagita mengeluarkan kotak makan berwarna kuning dari dalam tasnya.
"udah entar aja di jalan sarapannya..."
gua mengambil kotak makan berwarna kuning dan memasukan kedalam tasnya. kemudian mengambil tumpukan dokumen yang tergeletak di atas meja dan bergegas turun ke bawah. terdengar nagita sedikit mengerutu, sambil menenteng tas dia berjalan cepat menyusul gua.
"eh, raf...lo bawa helm dua kan?"
" buat apa?"
"ya buat gua lah...tar kalo gua gak pake helem di tangkep polisi..."
"yaudah minjem aja dulu sana sama dede''
"dede yang OB itu?"
"iya..nah tu orangnya...''
beberapa saat kemudian kami berdua sudah berada di lobi lift yang terletak di lantai basment. saat keluar dari lift, nagita mulai mengenakan jaket dan helmyang baru saja di pinjem dari dede si OB kantor. sementara gua menyulut sebatang rokok dan berdiri bersandar di tembok.
"lah kok lo malah ngerokok.. udah sana ambil motornya"
"bawel lu"
gua ngerokok, hisapan demi hisapan sambil sesekali terkekeh melihat pemandangan di hadapan gua. sosok gadis manis, mengenakan jaket warna coklat dan sebuah helm yang kebesaran, mirip semut rangrang, dan satu hal lagi yang membuat gua tak henti-hentinya senyum-senyum sendiri, nagita nggak tau kalo kita bakal naik mobil.
gua mematikan rokok di asbak yg ada di depan gua,. kemudian bergegas keluar dari lobi lift yang terletak di basment, menuju dimana mobil gua terparkir. semantara nagita berjalan lambat di belakang gua, sesekali gua menoleh dan tersenyum melihat dia berkali-kali membetulkan posisi helmnya yang kebesaran. dia terlihat bodoh dengan tampilan seperti itu, tapi ironisnya, gadis yang terlihat bodoh itu telah membuat gua jatuh hati.
''tiit..tit.."
gua membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya, sementara nagita masih berdiri mematung di depan mobil sambil menyilangkan tangan di depan dada dan memasang wajah kesal, masih belum melepas helem dan jaketnya. gua menyalakan mesin mobil dan menurun kaca mobil . gua mengeluarkan kepala gua lalu ngomong sama nagita;
"lu mau naik, apa mau berdiri di situ terus?"
nagita hanya menghela nafas, kemudiam membuka pintu penumpang lalu masuk ke dalam mobil, wajahnya masih terlihat kesal, sambil sedikit kesulitan melepas helm dia terus mengerutu.
"ngomong kek, kalo bawa mobil..."
nagita ngomong sambil melempar helm ke kursi belakang kemudian membuka jaketnya.
"hahahahaha..."
"lo pikir lucu? bisa nggak sih lo? nggak bikin gua kesel sehari aja ..."
"ya elah, gitu aja marah..."
"gua nggak marah, gua cuman kesel..!!"
"kesel sama siapa? sama gua, kenapa?"
" ya sama lo lah... bisa kan lo ngomong dari tadi kalo lo bawa mobil, jadi gua nggak keliatan tolol pake helm ini"
"bisa aja, tapi kan gua punya hak buat nggak ngomong ke elu, lagian lu juga nggak nanya..."
gua menghindar sambil melajukan kendaraan. dalam hitungan menit, kami sudah berada di luar gedung dan satu jam kemudian mobil gua sudah (baru) berjarak sekitar 5 km dari kantor.
"kenapa nggak naik motor aja sih...?"
nagita membuka suarannya, sejak meninggalkan kantor tadi kita hanya saling diam, dan gua nggak berani sekalipun menatap kearahnya. gua sempet bingung kemana hilangnya keberanian gua. keberanian menghadapi cewe manapun, yang nggak pernah luntur dari gua, keberanian yang mampu membuat cewek manapun luluh, tapi sekarang, saat ini gua seperti anak katro dan culun yang sedang menghadapi seorang gadis primadona sekolah.
"panas" gua menjawab singkat
"tapi kan enak bisa nyalip-nyalip!!!, eh gua nyalain radio ya?"
'oh ya, nyalain aja.."
gua mengangguk sambil memandang tangan putih nagita menekan tombol power pada tapdeck di dashbord mobil gua. beberapa saat kemudian, gua membelokan mobil kedalam setasun pengsian bahan bakar, berniat mengisi bensin yang sudah sekarat.
"gua kadang suka bingung deh sama kelakuan orang-orang yang katanya tajir tapi pikiranya nggak ada.."
nagita tiba-tiba bicara, sambil memandang keluar .
"hah, maksudnya?" gua bertanya agar nagita mengulangi kata-katanya.
"coba deh tuh liat...!"
nagita menunjuk seorang pria berpenampilan 'perlente' , sedang menggoyang-goyangkan pajero sportnya yang tengah di isi bensin. gua mencoba mencari-cari letak keanehanya, kemudian mengangkat bahu.
"kalo mereka pinter, mereka harusnya tau kalo bensin itu adalah benda cair, dan prinsip benda cair itu adalah mengalir ke tempat yang lebih rendah dan selalu mengisi ruang kosong mengikuti wadahnya!! gua rasa itu teori fisika yang kelas novice.."
"terus, hubungannya sama gua apa?"
"nggak ada hubungannya sama elo, tapi sama orang perlente itu..."
nagita kembali menunjuk pria perlente yang masih menggoyang-goyangkan mobilnya, kemudian dia menambahkan;
"kalo dia paham tentang prinsip benda cair, harusnya dia nggak perlu goyang-goyangin mobilnya, kecuali kalo dia berfikir kalo bensin bukan benda cair atau yang dia isi mungkin pasir.."
gua tercengang mendengar penjelasan singkat dari nagita, ternyata dia cukup memperhatikan detail dan beberapa hal kecil yang mungkin di anggap lumrah oleh orang lain. dan gua kagum dengan cara dia menjelaskan teorinya. ( oke you have my atention now )
'kok diem aja" nagita bertanya ke gua
"nggak papa"
''atau, jangan-janganlo salah satu dari orang model begitu, yang suka goyang-goyangin mobil saat isi bensin?"
"hahaha...nggak lah, gua cukup pandai untuk mengetahui hal ecek-ecek macam begitu, gua bahkan nggak pernah turun dari mobil saat isi bensin"
nagita cuma mengangguk sambil membulatkan bibirnya membentuk huruf 'o'
setelah selesai mengisi bensin, kamipun melanjutkan perjalanan. gua menirunkan volume radio di mobil, dan berusaha mengeluarkan keberanian untuk memulai obrolan dengan nagita. seperti biasaa, saat baru mulai PDKT ke semua gadis yang ingin gua dekati, pertama-tama biasanya nanya masalah pekerjaan, tapi berhubung nagita satu kantor sama gua, maka akhirnya gua putuskan membuka obrolan tentang seputar pendidikan
"gi, lu lulusan apa sih?"
"Eh gua? gua ipa"
"MIPA?dimana? kok dari MIPA bisa lari ke legal, itu kan administratif banget.."
"apanya yang di mana?"
''kuliahnya?"
"oooh, gua nggak kuliah....!!!"
"what? masih kuliah maksud lu?"
"nggak, bukan..bukan gua tuh cuman lulusan SMA..."
"lulusan SMA? serius?"
gua sedikit terkejut mendengar jawaban nagita, terkejut karena dia bisa masuk ke perusahaan tempat gua kerja sebagai staf legal hanya dengan berbekal ijazah SMA. what the hell..
"ah bercanda kali lu?"
''serius!! kenapa emang? ada masalah kalo gua cuma lulusan SMA..?''
''mmm... nggak sih..cuma...."
"cuma apa?"
gua nggak menjawab, gua hanya memandang lurus ke depan.
"cuma apa?"
nagita bertanya lagi, kali ini dia menghadapkan tubuhnya ke arah gua.
"ga papa, udah jangan bawel..."
"idih..."
nagita terlihat nggak puas dengan jawaban ( yang bukan jawaban) dari gua, kemudian dia mengeluarkan kotak bekel, membuka dan memulai memakan isinya. gua melirik, penasaran denganapa yg ada di dalamnya.
"apaan tuh?" gua ahirnya bertanya dari pada mati penasaran
"nasi goreng..."
"kok nggak nawarin gua?"
"nawarin lo? hampir sebulan gua bawa bekel dan hampir sebulan juga waktu gua habis buat nawarin lo, dan apa lo pernah nyolek sedikitpun makanan yang gua tawarin??"
gua nggak menjawab, hanya menggeleng dan sesekali melihat ke dalam kotak makanannya nagita. mungkin nagita menangkap gelagat gua;
" mau ngga nih tinggal separo"
" enak nggak?"
" alah.. males deh gua, kalo mau nih gua kasih, kalo lo nggak mau dan ribet pake nanya enak apa enggak, gua makan sendiri aja deh..."
"yaudah deh, mau.."
nagita menyodorkan kotak bekelnya...!
"et dah gimana cara gua makannya? suapin kali!!"
" manja banget sih lo raf..."
nagita ngomong dengan nada jutek, namun kemudian menyendok nasi gorengnya lalu menyuapi gua.
akhirnya di sisa perjalanan kami, nagita menyuapi gua. terkadang gua sesekali curi-curi kesempatan untuk menatapnya dan saat itu gua benar-benar sadar kalo akhirnya akal, jiwa dan tubuh gua setuju dengan perasaan; pada gua jatuh hati dengan orang ini. tapi, harga diri gua tettap ingin berada di tempatnya.. dan dengan mengakui ke nagita kalau gua jatuh hati padanya, maka gua kalah, dan gua nggak suka kalah............