Sontak Nagita terkejut bukan main mendengar perkataan yang spontan keluar dari mulut gua. Dia menoleh, kembali ke kesadarannya, meninggalkan tatapannya yang kosong. Kali ini dia menatap gua tajam.
"Lo...."
"..."
"LO ngeledek gue...?"
"Nggak...gua serius..... gua suka sama elo..."
"Tapi..."
"Tapi apa..?"
"Kalo lu suka sama gue, perlakuan lu ke gue, selama ini tuh...."
Nagita menggelengkan kepalanya, kemudian dia membuang muka kembali menatap kosong ke depan.
"Perlakuan lu selama ini tuh, nggak fair banget buat gue...., baru sekali lu bersikap 'nice' ke gue malam ini... dan lu langsung bilang suka samague...! I don't get it..., gue nggak ngerti.."
"Ya gua tau kalo gua emang nyebelin...tapi kan...."
Belum selesai gua bicara Nagita buru-buru memotongnya.
"Nggak...nggak.... gue tau kalo ini semua cuma bagian dari 'jokes' lo... nanti saat gue bilang 'iya' terus elu bakal ketawa, dan besoknya gue bakal jadi bahan ejekan lu di kantor..."
"Nggak gitu Nagita,.. ini mah serius..."
Kali ini gua yang menggeleng, berusaha keras mencari untuk meyakinkan Nagita. Gua berusaha memegang tangannya, tapi dia buru-buru menariknya.
"Gi... suruh gua ngapain aja,... suruh gua ngapain aja buat ngebuktiin kalo gua serius"
Nagita menatap gua tajam, kemudian dia berdiri.
"Raf..... gue nggak pernah minta apapun dari lu,.... gue nggak pernah minta apapun dari orang yang suka sama gue...."
"..."
"Kalo emang lu serius, gue mau lu nunjukin satu aja... cukup satu hal aja... dan itu sudah lebih dari cukup buat ngeyakinin gue..."
"Gua harus apa???"
"Kenali gue...."
"Maksudnya??"
"Common Raf,.... I just meat you and you event dont know my last name,.... lu belum tau siapa gue, berasal darimana gue!!!!!"
"Gua nggak perlu GI,... gua nggak perlu tau siapa elo, darimana elu berasal dari keluarga manapun elu... gua cuma jatuh hati sama lu"
"Gue perlu Raf,... gue perlu lu tau semua hal tentang gue, baru lu bisa menilai gue, dan gue yakin setelah lu tau semua tentang gue,... lu bakal jauhin gue,... sama seperti cowok-cowok lainnya...."
"Oke kalo gitu, kita buktikan aja..."
"Udah Raf, gue mau pulang..."
"Tapi masuh ujan,... tunggu reda, nanti gua anter..."
"Nggak, gue naik taksi aja..."
Nagita kemudian berjalan pelan melintasi plataran parkir ruko dimana kami berteduh. Dengan menggunakan jaket gua sebagai pelindung kepalanya dia memanggil taksi yang banyak mengantri di depan gereja. Beberapa menit kemudian dia sudah masuk kedalam taksi yang membawanya melaju, melintasi jalan melawai.
Gua hanya terdiam, saat sadar perkataan Nagita ketika awal kita bertemu tadi; ( " Mau kemana? gue nggak bawa dompet nih..." ).
Buru-buru gua menerobos hujan, menyalakan motor gua dan berusaha menyusul taksi yang membawa Nagita pulang. Dilampu merah perempatan barito, gua berhenti tepat di depan taksi yang membawa Nagita, gue turun dari motor lalu mengetuk kaca depan bagian supir. Awalnya si supir terlihat ketakutan, tapi setelah gua mununju-nunjuk ke arah Nagita yang duduk di kursi penumpang, dia mau membuka kaca jendelanya. Gua mengeluarkan dompet, lalu mengambil tiga lembar uang ratusan ribu dan menyerahkannya ke supir taksi tersebut.
"Pak, anterin sampai rumah ya,... kembaliannya ambil aja.."
Si supir taksi mengambil uang yang sudah terlanjur basah tersebut sambil bertanya ke gua;
"Lagi marahan ya mas?"
Gua hanya tersenyum kemudian memandang ke arah Nagita yang membuang pandangannya ke sisi lain jendela. Kemudian taksi tersebut bergerak, melaju meninggalkan gua yang berdiri di tengah jalan sambil menerima makian dari para pengendara mobil di belakang.
--------------------------
Gua duduk diranjang kamar gua, memandang ke arah jendela kamar yang gua biarkan terbuka. Hujan baru saja reda, menyisakan bau khas tanah yang terkena hujan, gua menghirup aroma tersebut dalam-dalam, namun yang tercium hanya parfum dengan aroma candy, bau parfum Nagita.
Gua mengambil hp menekan tombol telepon berwarna hijau; (redial). Kali ini bukan hanya kumpulan angka-angka, nama Nagita muncul di layar hp gua. Berkali-kali nada sambung terdengar tapi nggak ada jawaban dari Nagita, gua mencobanya beberapa kali dan hasilnya tetep sama. Gua khawatir.
Gua bergegas mengambil jaket, bersiap menyusul Nagita. Tapi kemana? rumahnya Nagita aja gua nggak tau.Gua terduduk di depan pintu kamar sambil mendekap jaket dan masih menggegam hp. Nggak berapa lama hp gua berdering, gua melihat layarnya, nama Nagita muncul disana, gua menarik nafas lega kemudian menjawab panggilan tersebut.
"Hallo Gi,... dimana lo?"
"Hallo...Raf... gue udah di rumah..."
"Kapan nyampainya..?"
"Dari tadi,ini abis mandi dulu..."
"Emang nggak bisa ngsih kabar dulu...?"
"..."
"Sms kek kalo udah sampai dari tadi,.... gua kan khawatir lo kenapa-napa..."
"Iya,... yaudah gue mau istirahat dulu.."
"Iya"
"Eh Raf,... makasih ya udah traktir gue..."
"Iya sama-sama.."
"Makasih juga udah khawatirin gue...."
"Iya..." ( gua jawab sambil senyum-senyum)
Gua menggegam hp gua dan meletakanya di dada, sambil tersenyum gua memandang keluar melalui jendela kamar yang terbuka. Lagu 'Risalah Hati' dari Dewa 19 mengudara dari pos satpam di depan rumah, berbarengan dengan suara biji karambol yang saling berbenturan di selingi gelak tawa, pak roni dan pak imam yang sedang mulai tugas jaganya.
Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam bintang
Cinta ku tanpa sambutmu
Bagai panas tanpa hujan
Jiwa ku berbisik lirih
Kuharus milikimu
Aku bisa membuatmu
Jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta
kepadaku....
Beri sedikit waktu
Biar cinta datang karena telah
Terbiasa...
Simpan mawar yang ku beri
Mungkin wanginya mengilhami
Sudikah dirimu untuk
Kenali aku dulu
Sebelum kau ludahi aku
Sebelum kau robek hatiku
Bagus banget cerita nya next nya jangan lama-lama
BalasHapusjgn lama2 kak , keren ceritanya sip pokoknya dech . di tunggu ya kak!!
BalasHapus