part 3
Hari berikutnya, gua datang ke kantor lebih pagi.gua berangkat lebih awal deengan alasan; menghindari tiara nebeng, yg selalu sukses bikin gua sedikit terburu-buru, karena tiara selalu meminta di tungguin setelah gua turunkansampai teman atau pacarnya menjemput.
Gua masuk kedalam ruangan, dan terkejut setelah melihat sosok nagita yg tengah asik duduk di kursi gua, mengunakan komputer gua sambil menikmati bubur ayam dengan wadah 'sterofoam'. di sisi meja yg lain plastik bekas bungkusan bubur dan beberapa tissue. Ggua menarik kursi kecil yg seharusnya digunakan nagita, dan duduk di sana. Nagita yg menyadari kedatangan gua, langsung menoleh sebentar, kemudian kembali asik kehadapan monitor.
" eh, udah dateng raf....?"
Gua mengusap wajah dengan kedua telapak tangan, kemudian mengambil cangkir yg ada di atas meja lalu berjalan menuju pantry untuk membuat kopi. sebelum berlalu gua sempat berkata pada nagita
"Gua mau bikin kopi,pas gua balik nanti gua mau lu udah enyah dari kursi gua
dan sampah-sampah itu sudah tidak ada..."
Sepertinya gertakan gua tadi cukup berhasil, sekembalinya gua dari pantri, terlihat meja kerja gua sudah bersih, plasik-plastik bekas bubur sudah berpindah ke tempat sampah dan gua lihat nagita sudah duduk di kursinya sambil menyilangkan kaki dan tanganya dilipat di atas dadanya. dia tersenyum ke gua. ( oh.. god , kalau aja dia gak nyebelin mungkin gua udah tenggelam dalam senyumannya)
"Rule noumber one, don't ever touch my stuf..., role noumber two, don't touch my
stuf..., rule noumber three, don't ever ever ever touch my stuf...."
"..........."
"dan jangan lu berani-beranimya lagi bikin kotor atau berantakan meja gua..."
"Iya, maaf..."
Nagita menundukan kepalanya, yg membuat gua sedikit iba. gua membuka aplikasi pemutar lagu di komputer dan memulai memutar playlist yg berisi lagu-lagu kesukaan gua. lumayan buat mencairkan suasana.
"kemarin sudah di ajarin apa sama irwan...?"
gua bertanya pada nagita, yg di tanya cuman terbengong-bengong sambil menetuk-ngetukan ujung pensil ke bibirnya yg mungil.
"hmmm...., irwan itu yg mana yah...?"
"whatt.... emang kemarin lu gak kenalan? itu yg kemarin ngasih tau lu
tentang dokumen-dokumen BPOM yg mejanya itu...."
gua bicara sedikit berteriak sambil menunjuk ke arah meja irwan
"oh, namanya irwan, yg orangnya brewokan..."
"iya, yg orangnya gak bisa mingkem..."
"emm,,,, udah sampai mana ya, emm,,,, udah lah, urusan dokumen mah gancil.."
nagita berbicara sambil menjentikan ujung jari kelingking dengan jempolnya'
"bisa gak kalo kita langsung ke menu utamanya aja? langsung ke prosedur
import..?"
nagita menambahkan, sambil menggeser kursinya mendekat. dari tempat gua duduk terciu aroma parfum candy yg menggoda 'argghhh'
"stop-stop!!! mundur lu mundur..."
gua mengangkat tangan sambil menggoyang-goyangkanya telapak tangan, mempergakan gerkan mengsir kucing; hush..hush. nagita memundurkan kursinya kemudian menatap gua , dan gua baru menyadari kalo nagita memiliki mata biru yg indah dan gua ragu kalo itu adalah 'softlens'. dalam tatapanya gua seolah terseret ke dalam sebuah cerita. mataini, mata indah ini memilikiceritanya sendiri. seperti ada kepedihan di dalamnya. dan seperti terhipnoti, tangan gua mulai menyentuh wajahnya, dan tanpa sadar gua mengucap;
"maaf...."
sebuah kata yg sangat jarang gua ucapkan pada siapapun
plaakk!!!!
sebuah tamparan mendarat di pipi sebelah kiri gua, ngak begitu keras tapi cukup mengagetkan. sejurus kemudian nagita menyingkirkan tangan gua dari wajahnya.
"wooyy..."
suara irwan membuyarkan lamunan, dengan posisi tangan nagita masih memegang tangan gua. kami terlihat salah tingkahditambah suara irwan sedikit meledek membuat guasemakin 'nervous'
"Gila!! baru kenal dua hari udah pegang-pegangan sama dia..."
irwan ngomong sambil mengeleng gelengkan kepalanya sambil duduk di kursinya.
"sorry ya gak level gua pegang-pegangan sama dia..."
gua membalik badan dan kemudian kembali menatap kembali ke layar monitor gua, sambil mengusap-usap pipi gua yg sekarang mulai terasa 'pedas'
nagita menarik kursinya mendekat, wangi parfum candy kembali menyebar di sekeliling hidung gua, dia mengeluarkan note kecilnya saku kemejanya kemudian meletakan di atas meja. kemudia memeasang posisi bersiap mencatat
.
"mau ngapain lu..?"
"mau mencatat.."
'sono geseran dikit..."
nagita menggeser kursinya ke tepian meja kemudian kembali bersiap mencatat.
"gua gak suka mengulang-ngulang, jadi selama jelasin lu cukup catet aja, kalo lu
gak nyimak, ketinggalan atau gak denger, gua gak mau ngulang.."
"oke"
nagita menjawab sambil mengangkat ibu jarinya dan mengangaguk.dan gua pun mulai menjelaskan prosedur import barang, terutama produk makanan siap saji dari tahap awal sampai persiapan dokumen.legalitas sampai tahap akhir pengurusan kepabeaan. semua gua jelaskan secara singkat cepat dan lugas. ngak sampai dua jam gua selesai menjelaskan.
"oke udah jelas kan..?"
gue bertanya ke nagita sambil melirik ke note kecil miliknya dan terkejut setelah gak ada satupun tulisan di sana kecuali sebuah judul yg di tulis dengan huruf kapital 'IMORT'
"Buset, dari tadi gua cape-cape jelasin dan sama sekali gak lu catet...?"
"Abisnya lu jelasinya cepet banget gimana gua mau catet, emang lu pikir gua
wartawan bisa nulis cepet...?"
"Yailah, jaman sekarang tuh apa-apa kudu cepet, jangan lelet.!, ya udah kaya
tadi yg udah gua bilang, gua gak mau ngulang, titik"
"oke fine, kalo gitu, gua juga bisa kok cari orang lain yg mau ngajarin gue..."
"oh, ya malh lebih bagus, silahkan..."
gua berdiri dan mengangkat tangan mempersilahkan nagita buat pergi. ngak menunggu lama,dia berdiri memasukan note dan alat tulisnya ke dalam tas dan berjalan cepat meninggalkan gua.
"woi, nih kursi balikin ke ruang meeting"
nagita berjalan kembli ke arah gua, mengambil kursi yg sedari kemarin dia gunain dan menariknya, sesekali dia menggerutu saat roda kursi membentur dinding. gua memandangnyasampai dia menghilang di persimpangan lorong. dia berpaling sebentar dan menatap tajam ke arah gua, kemudian mengibaskan rambutnya lalu melanjutkan berjalan.
"parah lu bro..."
irwan yg sedari tadi cuma duduk sambil mendengarkan musik lewat earphone ankat bicara
"parah kenapa bro...?"
"ya itu masa sama perempuan sampai segitu keselnya..."
"ya gimana ya, gua kurang sreg aja kayaknya..."
**gua beralasan,membuat kebohongan pertama, yg kemudian hari gua bakal menyesalinya**
"kurang sreg kok tadi pegang-pegangan..."
"nnnnganu...anu...tadi sebenernya"
gua menggaruk-garuk kepala sambil mencari alasan
"udahlah gak usah banyak alasan gua paham lah..."
irwan ngomong dengan gaya sok kebapaanya sambil menepuk-nepuk pundak gua.
"bukan gitu wan..."
"udah...sssttt....sstt...gua ngerti" irwan memasang muka sok bijaksana.
nggak seberapa lama berselang saat gua tengahsibuk dengan banyaknya laporan yg masih menumpuk, pesawat telpon di meja gua berbunyi, di layar telvon terpampang nama pak wisnu, manager eksport-import, maneger gua. pak wisnu ini orangnya terkenal galak dan displin, dia jarang sekali marah but when he do you'll be wish that you never work here. gua akhirnya mengangkat telvon tersebut.
"hallo.."
"rafi, ke ruang saya sekarang..."
"emm, ya pak.."
gua meletakan gagang telvon dan berdiri,irwn memandang gua dan bersiap bertanya, sebeium selesai dia membuka mulutnya,gua buru-buru berkata;
"pak wisnu, gua disuruh keruangannya..."
kemudian gua bergegas naik ke lantai atas.beberapa menit kemudian gua sudah duduk di sebuah kursi yg menghadap kesebuah meja besar terbuat dari kayu jati dimana banyak berkas-berkas berserakan diatasnya.di sebrang gua ,di sisi satunya duduk seorang pria berkacamata, dengan rambut membotak di bagian belakang, sedang memandangi dan membolak-mbaliak dokumen yg ada di tangannya.
"kamu kenapa...?" pak wisnu bertanya tanpa memalingkan pandangannya dari dokumen-dokumen di tangannya
"kenapa apanya pak..?"
"katanya kamu lagi ada masalah sama anak baru...?" pak wisnu bertanya lagi, pandangannya masih belum beranjak dari dokumen-dokumen di tangannya
"hah, enggak kok pak...."
gua menyadari kalo arah pembicaraan ini menuju pada suatu nama yaitu nagita, dan gua berusaha menutupinya,walaupun gua yakin bakalan percuma, karena pak wisnu terkenal mempunyai kemampuan introgasi yg tinggi dan kemampuan mengorek informasi yg mempuni.
"heh.."
pak wisnu menyunggingkan senyuman,sebuah senyuman yg sangat populer buat para staff eksport-import. biasanya senyuman itu akan berakhir dengan SP, surat pemotongan gaji, surat mutasi bahkan surat phk buat para staff yg di panggil pak wisnu.
"rafi, kamu udah lama kan kerja di perusahaan ini, udah senior..terus apa sih
susahnya ngajarin satu anak baru..?"
"mmm sebenarnya saya sih nggak ada masalah, tapi,,,"
"tapi apa?... kamu mau saya panggilin anak baru itu buat ke sini biar bisa di
konfrontasi sama kamu..?"
"ya silahkan aja sih pak, toh saya gak merasa salah apa-apa..."
mendengar jawaban yg baru saja saya lontarkan barusan, pak wisnu langsung meletakan dokuken-dokumen yg dari tadi di tangannya, membetulkan kacamatanya kemudian menatap ke arah gua.
"saya mau setelah kamu keluar dari ruangan ini, kamu cari anak baru yg tadi
kamu usir, dan lakukan apa yg seharusnya senior lakukan ke juniornya..."
"iya pak"
"ya udah sana.."
gua bernjak keluar ruangan, sebelum saya keluar, pak wisnu berkata;
"rafi, saya gak mau denger kejadian seperti ini lagi ya, dan saya mau report
progres anak baru itu setiap minggu...di sini, di meja saya setiap senin"
gua mengangguk kemudian keluar ruangan pak wisnu sambil menggerutu dalam hati. kemudian mulai bersepekulasi siapa orang mengadukan ini, dan orang pertama yg gua curigai sudah pasti nagita. kemungkinan dia ngadu ke bu tia kemudian bu tia melanjutkan ke pak wisnu yg merupakan atasan gua langsung.
"wan lu liat nagita gak..?"
"nagita siapa"
"nagita itu cewe yg tadi"
"oh, cewe yg tadi sempat lu pegang-pegang namanya nagita toh...?"
"liat gak...?"
"enggak..kenapa?"
"Ga papa"
gua menjawab sambil berlalu menuju ruangan bu tia, siapa tau dia ada di sana. ditengah lorong menuju ruangan bu tia gua melihat nagita sedang ngobrol sama nanda,anak dari deprtemen 'legal'. gua menghampiri mereka, tanpa basa-basi gua langsung menarik tangan nagita menuju sudut lorong.
"lu ngadu ke bu tia..?"
"iya!! kenapa?"
"gila lu, masih baru aja udah cari masalah..."
"hah, gua nyari masalah?? hellooo... ngak salah? sekarang gua tanya yg
dapet masalah siapa....?"
"udah sekarang lu ikut gua..."
"iihhh... lepas ah, gua bisa jalan sendiri"
nagita berhenti, berusaha melepaskan genggaman tangan gua, gak sadar ternyata beberapa orang tengah memperhatikan kami.gua melepasnya, kemudian dia mengusap-usap pergelangan tangannya kemudian berjalan cepat meninggalkan gua. saat sampai ke meja gua gua lihat nagita lagi duduk santai di kursi gua sambil mengganti playlist lagu di komputer gua.
"awasss, ambil kursi lu sono...?"
"nggak, gue mau duduk di sini..."
"rese lu"
gua menggumam sambil berjalan ke ruang meeting buat ngambil kursi yg biasa di pakai sama nagita. lalu gua menyertnya ke meja gua.
"oke, sekarang gua harus muali darimana, gu mau langsung praktek ya..."
"praktek apaan lu?"
"praktek import lah"
"nggak ada, sekarang lg gak ada import,semuanya sudah di kapal, paling tinggal
nyiapin dokumen pabeaan-nya aja buat ngambil barang-barang di pelabuhan..."
"so, what youre waitin for"
jujur saat ini hanya satu orang yg ngak ingin gua berada di dekatnya yaitu; nagita, tapi mau gak mau gua harus ngejalani ini. akhirnya gua pasrah dan gua mulai mengajari dia tahap-tahap yg harus di kerjakan dalam prosedur pengambilan barang dari pihak costom.
--------------------------------
hari-hari berikutnya gua lalui dengan memberi tutorial langsung kepada nagiata, memang bukan suatu yg sulit mengajarkan semua hal-hal ini kepadanya, selai cepat tanggap dia juga orngnya sigap,belum ada seminggu dia sudah menguasai semua apa yg gua ajarkan, cuman ada sedikit hal yg mengganggu tentu saja maslah yg dimiliki hampir semua wanita yaitu; 'bawel'
kalo bawelnya maslah pekerjaan sih gak papa, lah ini dia kadang bawel buat hal-hal yg gak penting contohnya;
"raf lu kayaknya gak cocok pake kemeja warna ijo"
"raf, selain bikin kesel orang ke ahlian lu apaaan",
"raf kalo lu potong rambut ngomongnya gimana sama abangnya"
~sudah hampir seminggu ini dia membahas hal-hal yg gak penting~
Hari berikutnya, gua datang ke kantor lebih pagi.gua berangkat lebih awal deengan alasan; menghindari tiara nebeng, yg selalu sukses bikin gua sedikit terburu-buru, karena tiara selalu meminta di tungguin setelah gua turunkansampai teman atau pacarnya menjemput.
Gua masuk kedalam ruangan, dan terkejut setelah melihat sosok nagita yg tengah asik duduk di kursi gua, mengunakan komputer gua sambil menikmati bubur ayam dengan wadah 'sterofoam'. di sisi meja yg lain plastik bekas bungkusan bubur dan beberapa tissue. Ggua menarik kursi kecil yg seharusnya digunakan nagita, dan duduk di sana. Nagita yg menyadari kedatangan gua, langsung menoleh sebentar, kemudian kembali asik kehadapan monitor.
" eh, udah dateng raf....?"
Gua mengusap wajah dengan kedua telapak tangan, kemudian mengambil cangkir yg ada di atas meja lalu berjalan menuju pantry untuk membuat kopi. sebelum berlalu gua sempat berkata pada nagita
"Gua mau bikin kopi,pas gua balik nanti gua mau lu udah enyah dari kursi gua
dan sampah-sampah itu sudah tidak ada..."
Sepertinya gertakan gua tadi cukup berhasil, sekembalinya gua dari pantri, terlihat meja kerja gua sudah bersih, plasik-plastik bekas bubur sudah berpindah ke tempat sampah dan gua lihat nagita sudah duduk di kursinya sambil menyilangkan kaki dan tanganya dilipat di atas dadanya. dia tersenyum ke gua. ( oh.. god , kalau aja dia gak nyebelin mungkin gua udah tenggelam dalam senyumannya)
"Rule noumber one, don't ever touch my stuf..., role noumber two, don't touch my
stuf..., rule noumber three, don't ever ever ever touch my stuf...."
"..........."
"dan jangan lu berani-beranimya lagi bikin kotor atau berantakan meja gua..."
"Iya, maaf..."
Nagita menundukan kepalanya, yg membuat gua sedikit iba. gua membuka aplikasi pemutar lagu di komputer dan memulai memutar playlist yg berisi lagu-lagu kesukaan gua. lumayan buat mencairkan suasana.
"kemarin sudah di ajarin apa sama irwan...?"
gua bertanya pada nagita, yg di tanya cuman terbengong-bengong sambil menetuk-ngetukan ujung pensil ke bibirnya yg mungil.
"hmmm...., irwan itu yg mana yah...?"
"whatt.... emang kemarin lu gak kenalan? itu yg kemarin ngasih tau lu
tentang dokumen-dokumen BPOM yg mejanya itu...."
gua bicara sedikit berteriak sambil menunjuk ke arah meja irwan
"oh, namanya irwan, yg orangnya brewokan..."
"iya, yg orangnya gak bisa mingkem..."
"emm,,,, udah sampai mana ya, emm,,,, udah lah, urusan dokumen mah gancil.."
nagita berbicara sambil menjentikan ujung jari kelingking dengan jempolnya'
"bisa gak kalo kita langsung ke menu utamanya aja? langsung ke prosedur
import..?"
nagita menambahkan, sambil menggeser kursinya mendekat. dari tempat gua duduk terciu aroma parfum candy yg menggoda 'argghhh'
"stop-stop!!! mundur lu mundur..."
gua mengangkat tangan sambil menggoyang-goyangkanya telapak tangan, mempergakan gerkan mengsir kucing; hush..hush. nagita memundurkan kursinya kemudian menatap gua , dan gua baru menyadari kalo nagita memiliki mata biru yg indah dan gua ragu kalo itu adalah 'softlens'. dalam tatapanya gua seolah terseret ke dalam sebuah cerita. mataini, mata indah ini memilikiceritanya sendiri. seperti ada kepedihan di dalamnya. dan seperti terhipnoti, tangan gua mulai menyentuh wajahnya, dan tanpa sadar gua mengucap;
"maaf...."
sebuah kata yg sangat jarang gua ucapkan pada siapapun
plaakk!!!!
sebuah tamparan mendarat di pipi sebelah kiri gua, ngak begitu keras tapi cukup mengagetkan. sejurus kemudian nagita menyingkirkan tangan gua dari wajahnya.
"wooyy..."
suara irwan membuyarkan lamunan, dengan posisi tangan nagita masih memegang tangan gua. kami terlihat salah tingkahditambah suara irwan sedikit meledek membuat guasemakin 'nervous'
"Gila!! baru kenal dua hari udah pegang-pegangan sama dia..."
irwan ngomong sambil mengeleng gelengkan kepalanya sambil duduk di kursinya.
"sorry ya gak level gua pegang-pegangan sama dia..."
gua membalik badan dan kemudian kembali menatap kembali ke layar monitor gua, sambil mengusap-usap pipi gua yg sekarang mulai terasa 'pedas'
nagita menarik kursinya mendekat, wangi parfum candy kembali menyebar di sekeliling hidung gua, dia mengeluarkan note kecilnya saku kemejanya kemudian meletakan di atas meja. kemudia memeasang posisi bersiap mencatat
.
"mau ngapain lu..?"
"mau mencatat.."
'sono geseran dikit..."
nagita menggeser kursinya ke tepian meja kemudian kembali bersiap mencatat.
"gua gak suka mengulang-ngulang, jadi selama jelasin lu cukup catet aja, kalo lu
gak nyimak, ketinggalan atau gak denger, gua gak mau ngulang.."
"oke"
nagita menjawab sambil mengangkat ibu jarinya dan mengangaguk.dan gua pun mulai menjelaskan prosedur import barang, terutama produk makanan siap saji dari tahap awal sampai persiapan dokumen.legalitas sampai tahap akhir pengurusan kepabeaan. semua gua jelaskan secara singkat cepat dan lugas. ngak sampai dua jam gua selesai menjelaskan.
"oke udah jelas kan..?"
gue bertanya ke nagita sambil melirik ke note kecil miliknya dan terkejut setelah gak ada satupun tulisan di sana kecuali sebuah judul yg di tulis dengan huruf kapital 'IMORT'
"Buset, dari tadi gua cape-cape jelasin dan sama sekali gak lu catet...?"
"Abisnya lu jelasinya cepet banget gimana gua mau catet, emang lu pikir gua
wartawan bisa nulis cepet...?"
"Yailah, jaman sekarang tuh apa-apa kudu cepet, jangan lelet.!, ya udah kaya
tadi yg udah gua bilang, gua gak mau ngulang, titik"
"oke fine, kalo gitu, gua juga bisa kok cari orang lain yg mau ngajarin gue..."
"oh, ya malh lebih bagus, silahkan..."
gua berdiri dan mengangkat tangan mempersilahkan nagita buat pergi. ngak menunggu lama,dia berdiri memasukan note dan alat tulisnya ke dalam tas dan berjalan cepat meninggalkan gua.
"woi, nih kursi balikin ke ruang meeting"
nagita berjalan kembli ke arah gua, mengambil kursi yg sedari kemarin dia gunain dan menariknya, sesekali dia menggerutu saat roda kursi membentur dinding. gua memandangnyasampai dia menghilang di persimpangan lorong. dia berpaling sebentar dan menatap tajam ke arah gua, kemudian mengibaskan rambutnya lalu melanjutkan berjalan.
"parah lu bro..."
irwan yg sedari tadi cuma duduk sambil mendengarkan musik lewat earphone ankat bicara
"parah kenapa bro...?"
"ya itu masa sama perempuan sampai segitu keselnya..."
"ya gimana ya, gua kurang sreg aja kayaknya..."
**gua beralasan,membuat kebohongan pertama, yg kemudian hari gua bakal menyesalinya**
"kurang sreg kok tadi pegang-pegangan..."
"nnnnganu...anu...tadi sebenernya"
gua menggaruk-garuk kepala sambil mencari alasan
"udahlah gak usah banyak alasan gua paham lah..."
irwan ngomong dengan gaya sok kebapaanya sambil menepuk-nepuk pundak gua.
"bukan gitu wan..."
"udah...sssttt....sstt...gua ngerti" irwan memasang muka sok bijaksana.
nggak seberapa lama berselang saat gua tengahsibuk dengan banyaknya laporan yg masih menumpuk, pesawat telpon di meja gua berbunyi, di layar telvon terpampang nama pak wisnu, manager eksport-import, maneger gua. pak wisnu ini orangnya terkenal galak dan displin, dia jarang sekali marah but when he do you'll be wish that you never work here. gua akhirnya mengangkat telvon tersebut.
"hallo.."
"rafi, ke ruang saya sekarang..."
"emm, ya pak.."
gua meletakan gagang telvon dan berdiri,irwn memandang gua dan bersiap bertanya, sebeium selesai dia membuka mulutnya,gua buru-buru berkata;
"pak wisnu, gua disuruh keruangannya..."
kemudian gua bergegas naik ke lantai atas.beberapa menit kemudian gua sudah duduk di sebuah kursi yg menghadap kesebuah meja besar terbuat dari kayu jati dimana banyak berkas-berkas berserakan diatasnya.di sebrang gua ,di sisi satunya duduk seorang pria berkacamata, dengan rambut membotak di bagian belakang, sedang memandangi dan membolak-mbaliak dokumen yg ada di tangannya.
"kamu kenapa...?" pak wisnu bertanya tanpa memalingkan pandangannya dari dokumen-dokumen di tangannya
"kenapa apanya pak..?"
"katanya kamu lagi ada masalah sama anak baru...?" pak wisnu bertanya lagi, pandangannya masih belum beranjak dari dokumen-dokumen di tangannya
"hah, enggak kok pak...."
gua menyadari kalo arah pembicaraan ini menuju pada suatu nama yaitu nagita, dan gua berusaha menutupinya,walaupun gua yakin bakalan percuma, karena pak wisnu terkenal mempunyai kemampuan introgasi yg tinggi dan kemampuan mengorek informasi yg mempuni.
"heh.."
pak wisnu menyunggingkan senyuman,sebuah senyuman yg sangat populer buat para staff eksport-import. biasanya senyuman itu akan berakhir dengan SP, surat pemotongan gaji, surat mutasi bahkan surat phk buat para staff yg di panggil pak wisnu.
"rafi, kamu udah lama kan kerja di perusahaan ini, udah senior..terus apa sih
susahnya ngajarin satu anak baru..?"
"mmm sebenarnya saya sih nggak ada masalah, tapi,,,"
"tapi apa?... kamu mau saya panggilin anak baru itu buat ke sini biar bisa di
konfrontasi sama kamu..?"
"ya silahkan aja sih pak, toh saya gak merasa salah apa-apa..."
mendengar jawaban yg baru saja saya lontarkan barusan, pak wisnu langsung meletakan dokuken-dokumen yg dari tadi di tangannya, membetulkan kacamatanya kemudian menatap ke arah gua.
"saya mau setelah kamu keluar dari ruangan ini, kamu cari anak baru yg tadi
kamu usir, dan lakukan apa yg seharusnya senior lakukan ke juniornya..."
"iya pak"
"ya udah sana.."
gua bernjak keluar ruangan, sebelum saya keluar, pak wisnu berkata;
"rafi, saya gak mau denger kejadian seperti ini lagi ya, dan saya mau report
progres anak baru itu setiap minggu...di sini, di meja saya setiap senin"
gua mengangguk kemudian keluar ruangan pak wisnu sambil menggerutu dalam hati. kemudian mulai bersepekulasi siapa orang mengadukan ini, dan orang pertama yg gua curigai sudah pasti nagita. kemungkinan dia ngadu ke bu tia kemudian bu tia melanjutkan ke pak wisnu yg merupakan atasan gua langsung.
"wan lu liat nagita gak..?"
"nagita siapa"
"nagita itu cewe yg tadi"
"oh, cewe yg tadi sempat lu pegang-pegang namanya nagita toh...?"
"liat gak...?"
"enggak..kenapa?"
"Ga papa"
gua menjawab sambil berlalu menuju ruangan bu tia, siapa tau dia ada di sana. ditengah lorong menuju ruangan bu tia gua melihat nagita sedang ngobrol sama nanda,anak dari deprtemen 'legal'. gua menghampiri mereka, tanpa basa-basi gua langsung menarik tangan nagita menuju sudut lorong.
"lu ngadu ke bu tia..?"
"iya!! kenapa?"
"gila lu, masih baru aja udah cari masalah..."
"hah, gua nyari masalah?? hellooo... ngak salah? sekarang gua tanya yg
dapet masalah siapa....?"
"udah sekarang lu ikut gua..."
"iihhh... lepas ah, gua bisa jalan sendiri"
nagita berhenti, berusaha melepaskan genggaman tangan gua, gak sadar ternyata beberapa orang tengah memperhatikan kami.gua melepasnya, kemudian dia mengusap-usap pergelangan tangannya kemudian berjalan cepat meninggalkan gua. saat sampai ke meja gua gua lihat nagita lagi duduk santai di kursi gua sambil mengganti playlist lagu di komputer gua.
"awasss, ambil kursi lu sono...?"
"nggak, gue mau duduk di sini..."
"rese lu"
gua menggumam sambil berjalan ke ruang meeting buat ngambil kursi yg biasa di pakai sama nagita. lalu gua menyertnya ke meja gua.
"oke, sekarang gua harus muali darimana, gu mau langsung praktek ya..."
"praktek apaan lu?"
"praktek import lah"
"nggak ada, sekarang lg gak ada import,semuanya sudah di kapal, paling tinggal
nyiapin dokumen pabeaan-nya aja buat ngambil barang-barang di pelabuhan..."
"so, what youre waitin for"
jujur saat ini hanya satu orang yg ngak ingin gua berada di dekatnya yaitu; nagita, tapi mau gak mau gua harus ngejalani ini. akhirnya gua pasrah dan gua mulai mengajari dia tahap-tahap yg harus di kerjakan dalam prosedur pengambilan barang dari pihak costom.
--------------------------------
hari-hari berikutnya gua lalui dengan memberi tutorial langsung kepada nagiata, memang bukan suatu yg sulit mengajarkan semua hal-hal ini kepadanya, selai cepat tanggap dia juga orngnya sigap,belum ada seminggu dia sudah menguasai semua apa yg gua ajarkan, cuman ada sedikit hal yg mengganggu tentu saja maslah yg dimiliki hampir semua wanita yaitu; 'bawel'
kalo bawelnya maslah pekerjaan sih gak papa, lah ini dia kadang bawel buat hal-hal yg gak penting contohnya;
"raf lu kayaknya gak cocok pake kemeja warna ijo"
"raf, selain bikin kesel orang ke ahlian lu apaaan",
"raf kalo lu potong rambut ngomongnya gimana sama abangnya"
~sudah hampir seminggu ini dia membahas hal-hal yg gak penting~
Di tunggu part selanjutnya....
BalasHapus