Minggu, 01 November 2015

''M.C.S.M.A" (Part 8)


"oke, Nagita 557 pangkat 2 berapa ,,,?"

"whatt? lu ngetes gue?"

"udah jawab aja..."

"nggak!! gua nggak mau jawab sebelum gua tau, kenapa lo tiba-tiba nanya ke gua?"

"udah jawab aja" ucap gua sedikit berteriak ke Nagita

"nggak!!!"
  Nagita nggak mau kalah, dia berteriak sambil menepuk dashbord mobil gua.

gua menepikan mobil di sisi jalan yang hampir mendekati lokasi kantor BPOM yang terletak di daerah Cipinang, jakarta pusat. gua menarik tuas rem tangan. gua memalingkan wajah gua menghadap ke Nagita.

"lu cukup jawab aja, 557 pangkat 2 berapa Gi....?"

"gua nggak mau jawab Raf, lagian kenapa gua harus jawab, buat apa?"

"haah..tinggal jawab aja apa susahnya? jangan-jangan emang lu nggak bisa lagi, makanya nggak mau jawab"

gua menurunkan rem tangan mobil, memasukan perseneling kemudian kembali melaju di jalanan. gua melirik ke arah Nagita yang masih terlihat cemberut gara-gara kejadian barusan. gua hanya ingin tahu aja sejauh mana kecepatan dia dalam menghitung. Tiba-tiba tangan putih Nagita menyentuh tangan kiri gua yang masih menggegam perseneling.

"ganti soaalnya..."

"what ?" gua bertanya penasaran

"ganti soal yang lain..."

"oke, bentar.." gua mengeluarkan hp dari saku gua, lalu   masuk ke  aplikasi kalkulator
.
"nih, 756 pangkat 2 berapa?"

gua mengajukan satu pertanyaan, dan gua sudah memegang hasilnya di layar hp gua. gua menatap nagita yang tengah memejamkan matanya, beberapa detik kemudian dia berkata;

"571536"

Gua mengintip layar hp gua, yang sedari tadi gua telungkupin di dashbord speedometer mobil,dan terkejut saat mencocokkan angka yang di sebut Nagita dengan angka yang tertera di layar hp. Gua meminta Nagita mengulangi jawabanya, dia mengucapkan angka-angka tersebut lagi dan hasilnya tetep sama.

"oke bener.... tapi bisa aja tadi cuman kebetulan nih lagi..." 

gua menekan tombol angka- angka pada layar hp gua, berusaha memberikan  soaal hitungan lagi ke Nagita.

"boleh"  Nagita menjawab sambil tersenyum manis

" 453456 di kali 5 berapa? makan tuh itungan"

"no..no... jangan perkalian lima, itu terlalu mudah ganti yang lain!!!"

nagita mengeleng-gelengkan jari telunjuknya.

"yaudah, 4532657 dikali delapan"

Nagita kembali memejamkan matanya, kali ini sedikit mengernyitkan dahinya. Tampak dari sini, kcantikan alami yang belum pernah gua lihat dari perempuan manapun.

"36261256,.... udah nggak usah di cek , uadah pasti bener..."

Nagita berkata ke gua sambil tersenyum  dan mebuka matanya. Gua melotot , sedikit emosi mendengar nada dan gaya bicaranya yang sedikit sombong, di sini yang boleh sombong cuman gua, nggak ada orang lain selain gua yang bisa menyombongkan diri, gua nggak suka itu

Kemudian gua membalik HP, dan kemudian angka yang sama dengan yang di sebutkan Nagita muncul di layar HP gua.

Mungkin jika Nagita sadar, dia dapat melihat wajah gua yang menegang dan memerah. Gua sepertinya masih belum bisa  terima kalo Nagita bisa menghitung nominal besar tanpa alat bantu hanya dalam hitungan detik. Gua mengusap wajah sambil terus menyetir memasuki area parkiran gedung BPOM.

Gua dan Nagita berjalan cepat melintasi area parkir yang seikit panas, menuju ke gedung B untuk mengurus dokumen pindah alamat. Sambil berjalan gua terus menanyakan perkalian-perkalian nominal besar ke Nagita, semakin besar nominal yang gua sebut , nagita terlihat semakin bersemangat memainkan ujung-ujung  jarinya di udara, dia seperti sedang menghitung dengan sepidol di papan tulis imajinernya di mana hanya dia yang bisa melihatnya dan semuanya berlangsung cepat, hampir secepat kita, yang normal menghitung 11x11.

Gua menghentikan langkah kaki gua di depan sebuah tangga yang mengarah ke pintu masuk kantor BPOM gedung B, Nagita sudah berada di depan gua beberapa langkah ikut menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah gua.

"kenapa?"

"nggak papa, gua cuman bingung aja sama elu"

"hah bingung?"

Nagita meraih tangan gua dngan tanganya yang putih mulus, dia membisikan sesuatu ke telinga gua;
" lo seharusnya kagum, bukannya bingung"

"sombong banget sih lo jadi cewek, baru bisa itung-itungan begitu doang aja..''
gua melepaskan tarikan tangannya dan mulai berjalan kembali meninggalkan Nagita yang masih berdiri diam. Gua nggak terima, sama sekali nggak terima ada orang bersombong ria di hadapan gua, apalagi perempuan
.
"yah, gitu aja marah... kan bukan gua yang mau show off, orang ulu yang nannya-nanya duluan.."

Nagita berlari kecil menyusul gua.

Gua memandang wajahnya sekilas, dan muncul sedikit penyesalan mengerogoti perasaan gua
.
"udah jangan bawel...sini..."

Gua mengajaknya masuk ke dalam lift dan gua menekan tombol lantai 4. Di dalam lift yang nggak begitu besar, yang saat ini berisi kami berdua, Nagita berdiri persis di hadapan gua, kami sama-sama menghadap pintu lift, dan sama-sama hanyut dalam diam. Perlahan gua beranikan diri sedikit agak membungkuk mencium aroma rambutnya dan gua tau  aroma ini hanyalah aroma dari shampo rumahan biasa,dengan esensi biasa pula, aroma yang sering gua rasakan baunya tapi entah kenapa aromanya begitu menggoda kali ini. Gua membungkuk lebih rendah, aroma tubuh Nagita yang bergolak bercampur parfum candy yang terasa manis begitu membius. Gua memejamkan mata, saat itu yang ada di pikiran gua hanya ingin memeluk gadis ini, memeluk Nagita.

"ngapain lo?''

Nagita membuyarkan lamunan singkat gua. Dia menoleh, memandang gua dari atas ke bawah seakan bertanya apa yang gua lakukan dalam posisi mata terpejam, badan setengah membungkuk dengan lutut sedikit di tekuk dan lengan menjuntai ke bawah, mirip seperti  kera.

"lu mau nyium gua? mau gua gampar lagi..."

Nagita mengangkat tangan kanannya bersiap melayangkan tamparan ke gua, namun kemudian terdengar suara 'ting' disusul pintu lift terbuka. Beberapa orang yang tengah menunggu lift memandang heran ke arah kami, sambil menahan malu kamipun bergegas keluar.

"lo mau ngapain tadi? mau ngelecehin gua?''

Nagita menarik lengan gua ke arah sudut ruangan, sambil berbisik dia mencubit lengan gua.

"sakit tau, ngapain sih lo  nyubit-nyubit segala? eh kalo gua mau nyium cewe juga milih-milih kali..."

"iya, dan lo milih gua..."

''eeeh, sorry ya Gi.., lu bukan tipe gua kali..''

*gua berbohong lagi, kebohongan yang ke dua, sebuah kebohongan untuk menutupi kebohongan lainnya. Dan gua menyesal*

"gua ngapain nih?''

Nagita  bertanya sambil mengangkat kedua bahunya. Gua hanya  menunjuk dengan dagu gua  ke arah mesin antrian otomatis yang terletak di sudut ruangan. Nagita berjalan menghampiri mesin tersebut, sementara gua mencari-cari bangku kosong buat tempat duduk gua.

"raf...raf..!! yang merah apa biru??''

Nagita berteriak memanggil dan bertanya ke gua, sementara seorang security bertubuh tegap datang menghampiri Nagita sambil meletakan jari telunjuk di depan bibirnya. Gua tersenyum melihat tingkahnya, dari gesturnya nagita seperti meminta maaf ke security tersebut kemudian berlari menghampiri gua.

"raf.. yang merah apa yang biru"  Nagita bertanya dengan  setengah berbisik

"yang merah"

Gua menjawab, nagita kemudian ngeloyor pergi kembali ke mesin tiket antrian. selang beberapa saat, dia sudah kembali sambil memegang 2 buah karcis antrian, nomer 30 dan yang satunya lagi no 33.

"ngapain sampai ngambil dua begitu?"

"nanti kalo ada pertanyaan ngga jelas tapi kita udah ninggalin loket kan kita  bisa ngantri lagi!!! hehehe..."

Nagita menjelaskan sambil duduk di bangku kosong yang ada di sebelah gua.Suasana di sini semakin ramai, banyak orang yang datang ke sini pagi-pagi sekali untuk mengambil tiket antrian kemudian pulang atau turun ke kantin kemudian kembali saat loket sudah mulai di buka. Rata-rata yang datang untuk sekedar konsultasi atau mengurus surat perjanjian edar makanan dan obat-obatan.

Gua mengeluarkan hp, berniat memainkan game favorite gua sambil membunuh waktu. Nagita melirik ke arah gua dan menggeser tubuhnya lebih dekat. Aroma tubuhnya kembali tercium, membuat gua menahan nafas sebentar, mencoba tetap bersikap normal.

"gue pinjem dong Raf. ...."

"apaan?''

''pinjem hp lo...''

"buat?"

"dengerin lagu... ada earphone nya kan?"

Gua mengangguk kemudian mengeluarkan earphone dari kantong ransel dan menyerahkan hp beserta earphone nya ke Nagita. Diamenyambutnya, memasang earphone dan kemudian mulai memutar sebuah lagu. Dari tempat gududuk  , terdengar samar sebuah lagu di putar, sepertinya dia memutar lagu dengan volume maksimal, gua menggeleng-gelengkan kepala  sambil memandang ke arah Nagita. Nagita mungkin sedang mendengar salah satu lagu  yang ada di hp gua, sedangkan gua; benak gua mulai lagu imajiner sendiri, sebuah lagu 'cantik' , sambil memandangi mahluk ciptaan tuhan yang sungguh indah, yang tengah duduk di sebelah gua;


Cantik...
Ingin rasa hati berbisik
Untuk melepas keresahan
Dirimu

Cantik...
Bukan ku ingin mengganggumu
Tapi apa arti merindu
Selalu...
Ooo...

Walau mentari terbit di utara
Hatiku hanya untukmu...

Ada hati yang termanis dan penuh
Cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada laigi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu

cantik...
Bukan ku ingin mengganggumu
Tapi apa arti merindu
selalu...
Ooo...

Walau mentari terbit di utara
Hatiku hanya Untukmu...

Ada hati yang termanis dan penuh
Cinta
Tentu saja kan ku balas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu

Ingin ku berjalanmenyusuri cinta
Cinta yang abadi Untukmu
Selamnya...
Heeeei...heya ya ya heya ya ya
Heya...

Ada hati yang termanis dan penuh
Cinta
Tentu saja kan ku balas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu

----------------------

Malam itu, malam  setelah 'kencan' pertama gua dengan Nagita. Ok, gua menyebutnya sebagai 'kencan' entah bagaimana Nagitamenyebutnya. Gua duduk di beranda belakang rumah gua, di temani  secangkir kopi dan sebatang rokok, sesekali memandang layar hp gua, menunggu balasan sms dari deny, yang katanya ingin mampir kesini.
'drtt...drtttt...' sebuah pesan masuk dari Deny
"gak jadi cuy, lembur nih''

gua menghela nafas setelah membaca pesan dari Deny, kemudian melempar hp ke kursi goyang yang terletak nggak jauh dari tempat gua duduk, di teras beranda belakang rumah. Gua memandangi kolam yang berisi puluhan ikan mas koi yang tengah berebut roti yang sedari tadi gua lemparkan ke dalam kolam, sambil memandangi sosok nagita yang terpantul di dasarnya.

"afi.. anter ke alfamart dooong.."

Suara Tiara memecah lamunan gua, dia datang kemudian duduk di sebelah gua, dengan dompet di jepit di lengannya.

"males gua..., sama ujang aja noh.."

''ujang udah pulang''  Tiara menjawab

Ujang adalah asisten rumah tangga, dia dan mpok esih sudah bekerja sama Bonyok gua dari ketika Tiara masih kecil, mereka sudah di anggap sebagai keluarga oleh bapak sama ibu gua, rumahnya pun hanya beberapa meter dai rumah kami. jadi mereka dateng pagi-pagi dan pulang saat semua pekerjaan rumah sudah selesai.

"yaudah jalan sendiri aja sono, sekalian olah raga, katanya mau ngurusin badan"

"yeee... gue kalo berani ngapain minta anterin lo..."

"yaelah Ra, baru juga jam 7... masih ramai kali jalanan.."

''ah... lo mah nggak asik banget jadi adek!!"

"emang mau beli apaan sih?"

"jajan"

"besok aja"

''ihh..."

Tiara menggerutu sambil berdiri dan pergi meninggalkan gua. Nggak berapa lama, Tiara  balik lagi dan duduk di sebelah gua. kali ini dia membawa segelas orange jus dan meletakannya di lantai diantara kami.

"Ra.."

''apa?"

"gua nyebelin nggak?..''

"kenapa lo tau-tau nanya gitu?"

"jawab aja..."

"wah tumben serius nih... mau jawaban yang jujur tapi nyakitin atau jawaban boong tapi enak di denger?"
"gua serius nih..."

''iya sama, gua juga serius..."
Tiara menjawab sambil meletakan kedua tangannya kebelakang, dan meluruskan ke dua kakinya
.
"yang jujur... tapi nyakitin..."

"bener? nggak takut kecewa nih?"

"buruan, jawab"

"hahahaha... penasaran ya? tunggu bentar, gue mau motongin kuku dulu.."

Tiara mengeluarkan kunci kamar yang juga terdapat gunting kuku sebagai gantungan kunci dari dalam kantong celananya. Gua mengernyitkan dahi dan merebut kunci tersebut dari tangannya.

"bisa ngga sih, lo nggak nyebelin Ra?"

"nah itu lu tau..."

"..."

"lu tuh sama kaya gue... kalo lu mau tau betapa nyebelinnya elu,  ya lu liat aja gue... kita ini sodaraan, kita sama-sama nyebelin! cuma bedanya, gue nyebelin tapi ngegemesin!! sedangkan lu nyebelin tapi sengak..."

Gua terdiam mendengar penjelasan Tiara, apa segitu menyebalkan kah gua? apa iya? gua merenung sejenak, sebelum akhirnya setuju dengan perkataan Tiara.

'kenapa sih lu, afi? sok serius banget?"
"gapapa"

"boong"

''gini Ra, gua lagi suka sama cewek... tapi tuh cewek bukan tipe gu sama sekali dan.... apaya??.. nggak gua banget..."

"ya, kenapa lu suka? kalo dia nggak elu banget?"

"gua nggak tau... tapi semakin kesini semakin parah sukanya..."

"udah kenal berapa hari..?"

"sebulan"

"tumben? biasanya baru kenal dua hari langsung lu tembak, seminggu kemudian lu putusin..."

''dia ini beda Ra,...beda..."

"yaudah tembak!!"

"gua takut,.. kalo dia nolak gua, gua nggak bisa deket lagi sama dia..."

"kok?.. nggak biasa-biasanya lu takut di tolak?"

''kan udah gua bilang kalo dia beda.."

"gua jadi penasaran.... ada fotonya ngga?"

gua menggeleng

"terus, respon dia gimana sama lu?"

Selama ini, semua perempuan yang gua deketin pasti menunjukan respon positif, respon itulah yang selalu membuat gua 'PD' dalam menghadapi mereka. Tapi, kali ini beda. Nagitu sungguh berbeda dari kebanyakan perempuan yang sempet gua kenal, nggak cuman cantik dan manis dia juga open minded, pintar dan sedikit keras kepala. Satu-satunya perempuan yang mampu 'fight- back'  ke gua, perempuan yang mampu memberi perlawanan, nggak frontal tapi mengena di hati.

" lu mau saran dari gue nggak?"
Tiara berdiri,bertolak pinggang sambil menendang kaki gua

"hah..''

"mau saran dari gue nggak?"

"apa?"

Tiara mengambil hp gua, yang tadi sempet gua lempar ke kursi goyang. Dan menyerahkan ke gua.
"telepon tuh cewek, sekarang.."

"terus?"

"cupu  banget sih lu..., kaya baru sekali kenal sama cewek aja,... ya ajak jalan kek, nonton kek,  makan kek..."

Gua hanya diam memandangi layar hp gua, sementara Tiara masuk ke dalam sambil berteriak;
"...atau ajak ke hotel kek...."
''Gilaaaa!!!"

Gua terbengong-bengong sejenak, kemudian membulatkan tekad coba menghubungi Nagita. Tapi masalah lain muncul; gua nggak punya nomer Nagita, gua menghela nafas kemudian meletakan hp di lantai, kemudian muncul sebuah nama yang mungkin bisa membantu gua
'tut..tut..'

"halo"

"halo, bu Tia... malem bu..."

''ya fi, kenapa?"

"sorry ganggu malem-malem bu, anu... saya mau nanya ..?

"nanya apa, fi?"

"hmm, ibu punya nomer Nagita nggak?"

"Nagita mana ya fi...?"

"itu loh anak baru yang probation sama saya...''

''oooh.. ada fi..."

"boleh minta bu?"

"boleh, besok senin ya soalnya data-datanya ada di
kantor...''


Gua  menarik nafas sambil menggumam 'yaelah' kemudian, pamit sebelum akhirnya mengakhiri panggilan. Belum lama setelah gua mengakhiri pangilan hp gua berdering, nama bu Tia muncul di layar hp gua

"ya bu..."

"halo fi,.. coba kamu tanya sama Bela deh, soalnya dulu dia yang hubungin  calon karyawan yang mau interview"

"oh iya bu, saya coba deh.."

"punya nomernya Bela kan?"

"punya bu...''
Gua menjawab sambil bergumam dalam hati, (cewek cantik mana dikantor yang gua nggak punya nomernya; kecuali Nagita).panggilan pun berakhir.

Gua membuka deretetan pesan masuk dan mencari nama Bela di sana. Setelah menemukanpesan dari Bela, yang belum gua masukan namanya ke dalam kontak hp. Esan yang berisi rayuan-rayuan maut gua yang sekarang malah bakalmenghantarkan gua ke perempuan lainnya. 'Don juan' lalu gua menelfon Bela;

"halo Bel.."

"ya, afi.. kenapa? kangen?"

''hahaha.. iya nih, lagi di mana?"

"masih di kantor, lembur nih...''

''wah kebetulan, minta nomernya Nagita dong, ada..?"

"Nagita yang anak baru itu ya? buat apa? atau jangan-jangan...."

Belum selesai Bela membuat asumsi gua langsung buru-buru potong omongannya
"gua mau nanya dokumen gua, kayanya kebawa sama dia!!"

"oohh.. betar-bentar nanti gua sms deh...''

"oke"

Gua buru-buru menutup telefon dan meletakannya kembali di lantai. Satu menit kemudian hp gua bunyi tanda sms masuk, sms dari Bela yang berisi sebuah nomer hp. Nggak menunggu lama gua langsung menghubungi nomer tersebut,
'tut..tut..tut.tut...' nada sambung berbunyi beberapa kali sampai terdengar suara operator cewek; yang mengatakan bahwa nomer yang ada hubungi tidak mejawab. Gua menjoba lagi, dan kejadian itu terulang, hingga percobaan yang ke lima, suara serak seorang perempuan  terdengar di sebrang sana.

"halo''

"halo, kemana aja sih lo? di telfonin nggak di jawab-jawab..."

"halo, sorry ini siapa ya?"

"gua..., masa lo nggak kenal suara gua?"

"Rafi"

''iya..., abis ngapain sih lo, lama banget ngangkat telefon..."

"ketiduran...lagian kenapa lu jadi marah-marah sih.... ada apaan?"

"ketiduran? emang sekarang jam berapahah?"

"yee...mau jam berapa kek, terserah gue... gue mau ketiduran kek, mau makan kek.., ngapain sih lu, telepon langsung marah-marah? nggak bosen apa, lu ngomelin gue mulu?"

"makanya kalo nggak mau di omelin........"

'tut tut tut tut'

belum selesai gua ngomong telfon sudah di tutup oleh Nagita.























                                                    **edisi spesial cerita lebih panjang**





1 komentar:

  1. Asik deh mba es partnya panjangggg, semoga gini terus yah dan cepet lanjutannya. Karena seruuuuuuu banget.

    BalasHapus